Senin 07 Apr 2025 08:16 WIB

Doa Pemantik Rezeki yang Dibaca Usai Sholat Dhuha

Orang yang telah merasakan keberkahan sholat Dhuha tidak akan menyia-nyiakannya.

Lima Fakta Penting tentang Sholat Dhuha.
Foto: republika
Lima Fakta Penting tentang Sholat Dhuha.

REPUBLIKA.CO.ID, Shalat Dhuha memiliki banyak keutamaan sesuai dengan yang disunahkan Rasulullah SAW. Sholat sunah pada waktu pagi ini dapat dikerjakan minimal dua rakaat atau empat rakaat dan dapat ditambah bilangannya. Berapa banyak rakaat Sholat Dhuha yang dikerjakan Rasulullah SAW? Menurut hadits Muslim, Rasulullah SAW melakukan Sholat Dhuha empat rakaat dan terkadang ia tambah yang dikehendaki Allah SWT.

Untuk melakukannya, dibutuhkan kerelaan meluangkan waktu. Pasalnya, waktu dhuha berada di suasana kesibukan urusan kerja. Sebenarnya tidak sulit jika kita terbiasa meluangkannya. Pembiasaan inilah yang membuat waktu serasa berharga, sekalipun hanya meluangkannya lima menit.

Baca Juga

Bahkan, dengan sholat di tengah kesibukan kerja dapat membuat pikiran segar kembali. Optimalisasi kerja pun lebih meningkat karena siraman rohani setelah sholat. Orang yang telah merasakan keberkahannya, tidak akan menyia-nyiakannya. Ia tahu, jaminan Allah berada di dalam sholat tersebut. Di dunia, hidupnya penuh berkah dan kemuliaan. Sedangkan di akhirat, Allah akan membangunkan surga untuknya.

“Hai anak Adam, tunaikanlah kewajibanmu untuk-Ku, yaitu shalat empat rakaat pada pagi hari, niscaya Aku akan mencukupi sepanjang harimu." (HR. Ahmad dan Abu Ya'la)

"Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka Allah akan membangunkan untuknya istana di surga." (HR. Turmuzi dan Ibnu Majah)

"Sesungguhnya di dalam surga, ada pintu yang dinamakan pintu dhuha. Maka ketika datang hari kiamat, memanggillah (Allah memanggil), di manakah orang yang selalu mengerjakan shalat atas-Ku dengan shalat Dhuha? Inilah pintu kamu. Maka masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat Allah.” (HR. Thabrani)

 

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement