REPUBLIKA.CO.ID, TEL AFIF – Gelombang pembangkangan terhadap kelanjutan perang di Jalur Gaza terus meluas di Israel. Yang terkini, ratusan anggota Brigade Golani yang terkenal brutal menandatangani surat yang menyerukan diakhirinya perang.
Radio Tentara Israel melaporkan pada Senin bahwa 150 tentara Brigade Golani telah membubuhkan tanda tangan mereka pada surat tersebut menuntut perundingan segera yang bertujuan untuk menjamin pembebasan tawanan Israel yang ditahan di Gaza.
Brigade Golani didirikan sebagai pasukan pengusir warga Palestina sejak berdirinya Israel. Kejahatan terkini mereka adalah eksekusi brutal dari jarak dekat belasan tenaga kesehatan di Rafah, Jalur Gaza, bulan lalu.
Brigade Golani adalah salah satu yang paling terpukul akibat serangan pejuang Palestina ke wilayah Israel pada 7 Oktober. Mereka juga kehilangan banyak perwira dan prajurit selama agresi di Gaza belakangan.
Sejak Kamis, setidaknya sepuluh petisi telah beredar menentang kelanjutan serangan Gaza. Mereka menyatakan bahwa rezim Tel Aviv harus memprioritaskan kembalinya tawanan Israel bahkan jika itu berarti mengakhiri perang.
Petisi pertama ditandatangani oleh hampir 1.000 anggota dan mantan tentara cadangan angkatan udara Israel yang mengatakan bahwa serangan gencar di Gaza “terutama untuk kepentingan politik dan pribadi, bukan kepentingan keamanan.” Mereka mengacu pada desakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk melanjutkan genosida brutal terhadap warga Palestina di Gaza.

Sebagai tanggapan, Kepala Staf Israel Eyal Zamir dan Air memecat tentara cadangan aktif yang telah menandatangani petisi. Netanyahu mendukung pemecatan tersebut, mengklaim bahwa petisi tersebut ditulis oleh "sekelompok kecil radikal, yang dioperasikan oleh organisasi yang didanai asing" yang mencoba untuk "menggulingkan" kabinetnya.
Petisi terpisah ditandatangani oleh sekitar 150 pensiunan perwira angkatan laut, lebih dari 250 tentara cadangan dan veteran Unit 8200 militer, dan 1.525 veteran Korps Lapis Baja, termasuk mantan perdana menteri dan kepala staf Ehud Barak.
Sekitar 500 pengusaha, investor dan pekerja dari sektor teknologi tinggi Israel, serta 2.000 dokter militer Israel, dan lebih dari 6.000 akademisi dan pejabat pendidikan juga menulis surat serupa.
Petisi lainnya ditandatangani oleh ratusan veteran dari agen mata-mata Israel Mossad dan Shin Bet, bersama dengan lebih dari 1.500 veteran unit infanteri militer Israel, pasukan terjun payung dan pasukan khusus.
