REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro, mengatakan, keengganan Presiden Prabowo Subianto untuk didorong sejak saat ini untuk mencalonkan diri kembali di pemilihan presiden mendatang, menunjukkan rasa kerendahan hati dari Prabowo sebagai presiden petahana.
Hal ini disampaikan Bawono menanggapi pernyataan Prabowo pada Kongres Iunas Indonesia Raya (Tidar). Prabowo Subianto mengatakan agar kader Partai Gerindra tidak menggemborkan dua periode.
Dikatakan Bawono, meskipun menang dalam satu putaran di Pilpres 2024, dan juga dorongan dari partai-partai di koalisi masih sangat besar, Prabowo tidak lantas terburu-buru menegaskan akan maju kembali di Pilpres 2029. “Prabowo sadar betul menunaikan janji-janji politik dalam lima tahun pemerintahan jauh lebih penting ketimbang terburu-buru untuk mengatakan akan maju kembali calon presiden di Pemilu 2029,” paparnya.
Di era pemilihan langsung saat ini, menurut Bawono, seorang pemimpin eksekutif baik presiden maupun kepala daerah harus sadar terhadap konsekuensi reward and punishment dari publik. Apabila mampu menunaikan janji-janji politik kepada publik dengan kinerja baik tentu bukan hal sulit untuk terpilih kembali pemilihan mendatang.
“Pun demikian apbila tidak mampi memenuhi janji-janji politik serta jg gagal menujukkan kinerja baik di mata publik tentu akan memperoleh punishment berupa tidak terpilih kembali di pemilu mendatang,” ungkapnya.