Kamis 12 Jun 2025 08:35 WIB

Segenggam Lada Aceh Ditukar dengan Meriam Turki Utsmani, Begini Ceritanya

Lada Aceh dikenal sebagai rempah yang berharga mahal.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Lada hitam (ilustrasi). Aceh dikenal sentra penghasil rempah seperti lada hitam.
Foto: www.pixabay.com
Lada hitam (ilustrasi). Aceh dikenal sentra penghasil rempah seperti lada hitam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hubungan Kesultanan Aceh dan Turki Utsmani telah terjalin lama dan erat. Dalam catatan Malaysia dan Indonesia yang dinarasikan atau ditulis pada masa lalu, ada beberapa versi cerita hubungan Aceh dan Turki Utsmani. Cerita-cerita tersebut secara umum dapat dijumpai dalam tiga naskah penting di antaranya dalam Hikayat Meukuta Alam.

Hikayat Meukuta Alam ditulis dalam Bahasa Aceh dan diedit oleh Tengku Mohammad Sabil pada tahun 1832, cerita ini diterbitkan di Batavia (sekarang Jakarta) dengan judul Hikajat Soeltan Atjeh Marhoem (Soeltan Iskandar Moeda). Disebutkan dalam karya tersebut bahwa pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) Kerajaan Aceh mengirimkan utusan resmi pertamanya ke Kekaisaran Turki Utsmani.

Baca Juga

Menurut catatan, Sultan Iskandar Muda membekali utusannya itu dengan sejumlah uang, tiga kapal berisi lada hitam, padi (belum dikuliti) dan beras. Hal itu dilakukan mengingat Turki Utsmani adalah penguasa Islam yang paling besar pada masa itu, dikutip dari buku Turki Utsmani-Indonesia: Relasi dan Korespondensi Berdasarkan Dokumen Turki Utsmani yang ditulis Mahmet Akif Tarzi, Ahmet Ergun dan Mahmet Ali Alacagoz.

Namun dalam perjalanannya, utusan Raja Aceh menemui banyak kesusahan hingga mereka baru tiba di Istanbul, Turki setelah tiga tahun. Keadaan tersebut memaksa utusan Aceh untuk menjual beras dan juga lada bawaan mereka demi memenuhi kebutuhan perjalanan mereka selama tiga tahun.

Sehingga ketika utusan Aceh tiba di hadapan Sultan Turki Utsmani, mereka hanya membawa sicupak lada (segenggam lada). Mereka pun dengan malu-malu menyerahkan lada yang tersisa kepada Sultan Turki Utsmani. Meski demikian, Sultan Turki Utsmani menerima utusan Aceh dengan ramah dan baik.

Sebelum mengirim utusan dari Aceh kembali ke kampung halamannya. Sultan Turki Utsmani menghadiahkan Meriam yang sangat besar, yang ia namakan sendiri dengan lada sicupak. Selain itu diberikan juga 12 petarung tanggung.

Samudera Hindia Medan Persaingan Turki Utsmani dan Portugis

Samudra Hindia jalur laut yang sangat penting karena menjadi rute perdagangan dan transportasi internasional, serta menghubungkan berbagai benua dan wilayah. Jamaah haji dari Asia Tenggara juga berangkat ke Tanah Suci melalui jalur laut Samudra Hindia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement