Ahad 06 Jul 2025 07:20 WIB

Mampukah Petugas Panas Menjinakkan Teriknya Cuaca Perkotaaan?

Saat planet menghangat dan gelombang panas yang mematikan memburuk, "petugas panas" ditunjuk membantu melindungi penduduk perkotaan dari kenaikan suhu. Bagaimana pelaksanaannya di lapangan?

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Satyajit Shaw/DW

Kota-kota internasional dari Athena hingga Dhaka, Freetown, dan Santiago bersatu dalam upaya mereka untuk melindungi penduduk dari cuaca panas ekstrem.

Strategi penting yang dilakukan adalah penunjukan kepala "petugas panas" atau pejabat pengendali panas ekstrem. Dia akan bertindak laksana kepala pemadam kebakaran, yang dapat dengan cepat menanggapi keadaan darurat — dalam hal ini gelombang panas.

Petugas panas juga membantu pihak berwenang untuk menganalisis kondisi setempat, menyusun rencana, dan menerapkan tindakan perlindungan, termasuk solusi jangka panjang seperti memasang trotoar atau atap antipanas.

Reboisasi wilayah perkotaan merupakan strategi pendinginan kota penting yang digunakan oleh petugas panas di Freetown, Sierra Leone, misalnya. Aplikasi telepon pintar memungkinkan penduduk dibayar untuk memelihara pohon dan ruang hijau kota.

Pencegahan gelombang panas sebelum terlambat

Konsep kepala petugas panas diprakarsai pada tahun 2021 oleh Atlantic Council, sebuah lembaga pemikir AS. Menurutnya panas ekstrem dapat memengaruhi sekitar 3,5 miliar orang pada tahun 2050 — dengan setengahnya terkena dampak di pusat kota.

Sebagai respons, Atlantic Council ingin menciptakan peran petugas panas permanen untuk membuat kota lebih tangguh terhadap iklim.

Kota-kota perlu terus-menerus siap beradaptasi dengan panas ekstrem, dan tidak hanya bertindak pada saat krisis, ujar Kepala Petugas Panas Global di Pusat Ketahanan Iklim Atlantic Council, Eleni Myrivili.

"Biasanya jenis masalah tersebut ditangani hanya ketika ada kejadian besar, jadi ketika ada gelombang panas atau kebakaran atau kekeringan dan ditangani, seperti krisis, dan kemudian tidak ada yang melakukan apa pun setelah itu," tandas Myrivili, yang merupakan kepala petugas panas untuk Athena, Yunani dari tahun 2021 hingga 2023.

Dia mengatakan penting untuk "mencoba membantu berbagai departemen menyusun rencana jangka panjang yang berkaitan dengan menciptakan kota yang lebih dingin." Ketahanan terhadap panas harus dimasukkan ke dalam perencanaan jalan, alun-alun, trotoar, dan bangunan, meskipun perencanaan yang komprehensif seperti itu merupakan bagian tersulit dari pekerjaan tersebut.

"Saya tidak dapat mengatakan bahwa saya berhasil dengan itu," demikian Myrivili mengakui, seraya menambahkan bahwa ia telah "sangat berhasil dalam mengubah budaya di Athena."

Ia mengatakan orang-orang sekarang memahami bahwa panas menimbulkan risiko yang signifikan terhadap kesehatan mereka dan kesehatan kota secara umum, ekonominya, dan masyarakatnya.

"Jadi saya rasa telah terjadi pergeseran," tambahnya.

Dari AS dan Kenya hingga kota-kota Eropa seperti London, Jenewa, dan Paris, sekarang ada banyak petugas pemanas di seluruh dunia, atau konsep yang sesuai dalam tahap perencanaan.

Myrivili mengatakan negara-negara menjadi lebih proaktif, dengan India mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan setiap negara bagian untuk menunjuk petugas pemanas. Hal ini akan menjadi vital, katanya, karena durasi gelombang panas meningkat secara global. Setengah juta kematian per tahun terkait dengan panas ekstrem.

Antara Mei 2024 dan Mei 2025, sekitar 4 miliar orang — sekitar setengah dari populasi dunia — mengalami setidaknya 30 hari tambahan panas ekstrem, demikian menurut analisis oleh World Weather Attribution, Climate Central, dan Palang Merah.

Dibandingkan dengan dunia tanpa perubahan iklim yang disebabkan manusia, pemanasan global setidaknya telah menggandakan jumlah hari panas ekstrem di 195 dari 247 negara dan wilayah yang disurvei.

Sementara itu, laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 500.000 kematian per tahun di seluruh dunia terkait dengan panas ekstrem.

Sebagian besar dari mereka yang terkena dampak tinggal di Asia, diikuti oleh Eropa, di mana jumlah hari panas ekstrem — terutama di tenggara — adalah yang tertinggi kedua sejak pencatatan dimulai. Pada saat yang sama di banyak negara, ada semakin banyak orang tua, kelompok yang berisiko lebih besar terkena panas ekstrem.

"Setiap kenaikan suhu yang lebih tinggi dari satu derajat menjadi masalah karena hal itu akan memperparah risiko bagi kehidupan kita, bagi perekonomian, dan bagi planet ini," jelas Celeste Saulo, sekretaris jenderal Organisasi Meteorologi Dunia, saat presentasi laporan tentang keadaan iklim di Eropa pada bulan April.

Rencana aksi kota untuk mengatasi panas

Karena suhu yang ekstrem, Kota Phoenix di negara bagian Arizona, AS kini telah membentuk tim yang terdiri dari enam orang untuk secara eksklusif berfokus pada ketahanan terhadap panas ekstrem. Untuk tahun kedua berturut-turut, tempat perlindungan darurat dari panas, beberapa pusat pendingin, dan stasiun minum akan dibuka sepanjang waktu selama bulan-bulan musim panas.

Barcelona di Spanyol juga menggunakan gedung-gedung publik seperti museum dan perpustakaan sebagai area khusus untuk tetap sejuk dan beristirahat.

Di Jerman, kota-kota seperti Köln dan Freiburg telah menyusun rencana aksi panas pertama. Langkah-langkah awal telah dilaksanakan, termasuk kampanye informasi, strategi untuk melindungi kelompok rentan seperti orang tua, sistem peringatan dini, dan penghijauan "titik-titik panas" kota.

Freiburg, misalnya, berfokus pada tanaman hijau sebagai metode pendinginan, serta akses cepat ke tempat teduh. Tahun lalu, Kota Köln memperluas elemen pelindung matahari seperti penutup jendela pada bangunan dan infrastruktur lainnya.

Dan Gereja Protestan di Jerman baru-baru ini mengumumkan akan menyediakan bangunan gereja yang sejuk sebagai tempat berlindung di seluruh negeri pada musim panas.

Jerman gagal prioritaskan perlindungan terhadap panas

Namun, Jerman tertinggal dalam hal strategi perlindungan terhadap panas yang komprehensif.

Panas merupakan risiko kesehatan terbesar di Jerman akibat krisis iklim, dan bertanggung jawab atas lebih banyak kematian daripada kecelakaan lalu lintas, ujar Ketua Aliansi Jerman untuk Perubahan Iklim dan Kesehatan Martin Herrmann.

"Kita sebagai masyarakat tidak mengerti kapan itu menjadi berbahaya, atau seberapa berbahayanya itu," katanya pada konferensi pers di Berlin pada awal Juni.

Gelombang panas menjadi "lebih sering, lebih lama, dan lebih intens," tandas Presiden Asosiasi Medis Jerman Klaus Reinhardt. Masyarakat harus bersiap, tambahnya. "Panas memengaruhi semua orang, tanpa memandang usia dan kondisi yang sudah ada sebelumnya."

Institut Kesehatan Masyarakat Jerman baru-baru ini meluncurkan portal daring baru yang menyediakan kiat-kiat praktis tentang cara menghadapi panas ekstrem dalam kehidupan sehari-hari.

Ini termasuk menghindari terik matahari tengah hari, memeriksa obat-obatan untuk toleransi terhadap panas, dan hanya memberikan ventilasi pada ruangan dalam ruangan saat cuaca di luar lebih dingin daripada di dalam ruangan.

Herrmann mengatakan ketahanan terhadap panas sering kali tidak dipertimbangkan dalam rencana perumahan ramah iklim, dan perlu dimasukkan ke dalam infrastruktur sipil dalam skala luas.

Eleni Myrivili juga menekankan perlunya solusi untuk diterapkan dengan cepat karena suhu terus meningkat. "Panas yang kita alami saat ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang kita hadapi," katanya. "Panas akan jauh lebih berbahaya dan orang-orang tidak menyadarinya."

Artikel ini awalnya ditulis dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

Editor: Hendra Pasuhuk

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement