Selasa 15 Jul 2025 10:35 WIB

Netanyahu Mulai Ditinggalkan, Partai Ultra-Ortodoks Israel Keluar dari Pemerintahan

Tujuh anggota Knesset UTJ akan meninggalkan pemerintahan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato pada konferensi pers di Yerusalem, 21 Mei 2025.
Foto: EPA-EFE/RONEN ZVULUN / POOL
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato pada konferensi pers di Yerusalem, 21 Mei 2025.

REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Salah satu partai ultra-Orthodoks Israel, United Torah Judaism (UTJ), menyatakan keluar dari koalisi pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu karena perselisihan yang telah berlangsung lama terkait kegagalan dalam menyusun rancangan undang-undang yang membebaskan siswa yeshiva dari wajib militer.

Enam dari tujuh anggota UTJ yang tersisa, yang terdiri dari faksi Degel Hatorah dan Agudat Yisrael, menulis surat pengunduran diri. Yitzhak Goldknopf, ketua UTJ, telah mengundurkan diri sebulan yang lalu.

Baca Juga

Hal ini akan membuat Netanyahu memiliki mayoritas tipis dengan 61 kursi di Knesset yang memiliki 120 kursi atau parlemen.

Tidak jelas apakah Shas, partai ultra-Ortodoks lainnya, akan mengikutinya, dikutip dari laman Asia One, Selasa (15/7/2025)

Degel Hatorah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa setelah berunding dengan para rabi kepalanya, dan setelah pelanggaran berulang kali oleh pemerintah terhadap komitmennya untuk memastikan status para siswa yeshiva suci yang dengan tekun terlibat dalam studi mereka (para anggota parlemennya) telah mengumumkan pengunduran diri mereka dari koalisi dan pemerintah.

Partai-partai Ultra-Ortodoks berargumen bahwa RUU untuk membebaskan siswa yeshiva merupakan janji utama dalam perjanjian mereka untuk bergabung dengan koalisi pada akhir 2022.

Seorang juru bicara Goldknopf mengonfirmasi bahwa secara keseluruhan, tujuh anggota Knesset UTJ akan meninggalkan pemerintahan.

Para anggota parlemen ultra-Ortodoks telah lama mengancam akan meninggalkan koalisi terkait RUU wajib militer.

Beberapa partai agama dalam koalisi Netanyahu mengupayakan pengecualian bagi para siswa seminari Yahudi ultra-Ortodoks dari wajib militer yang diwajibkan di Israel, sementara anggota parlemen lainnya ingin menghapus pengecualian semacam itu.

Kaum ultra-Ortodoks telah lama dibebaskan dari wajib militer, yang berlaku untuk sebagian besar pemuda Israel lainnya, tetapi tahun lalu Mahkamah Agung memerintahkan kementerian pertahanan untuk mengakhiri praktik tersebut dan mulai melakukan wajib militer bagi para siswa seminari.

Netanyahu telah berusaha keras untuk menyelesaikan kebuntuan dalam koalisinya mengenai rancangan undang-undang wajib militer yang baru, yang telah menyebabkan krisis saat ini.

Pengecualian, yang berlaku selama beberapa dekade dan yang selama bertahun-tahun telah menyelamatkan sejumlah besar orang, telah menjadi topik hangat di Israel dengan militer yang masih terlibat dalam perang di Gaza.

Sumber:

Asia One

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement