Jumat 18 Jul 2025 22:45 WIB

Menlu Iran Sebut AS Kacaukan Diplomasi Nuklir, Ingatkan Eropa tak Terapkan Snapback

Washington secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir tahun 2015.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi berbicara dalam konferensi pers di markas besar PBB, Rabu, 25 September 2024,
Foto: AP Photo/Frank Franklin II
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi berbicara dalam konferensi pers di markas besar PBB, Rabu, 25 September 2024,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menuduh Amerika Serikat mengacaukan jalannya diplomasi nuklir dan mendesak negara-negara Eropa untuk menghentikan kebijakan usang yang mengandalkan ancaman dan tekanan. Dalam konferensi video bersama mitranya dari Prancis, Jerman, dan Inggris -- serta Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa -- Araghchi menyatakan bahwa Washington secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir tahun 2015, yang dikenal dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), yang sebelumnya telah dimediasi oleh Uni Eropa.

Ia menambahkan bahwa AS kembali meninggalkan meja perundingan bulan lalu dan malah memilih meningkatkan ketegangan militer, mengacu pada serangan udara AS terhadap sejumlah fasilitas nuklir utama Iran. 

Baca Juga

“Putaran pembicaraan baru hanya mungkin terjadi jika pihak lain siap menyepakati perjanjian nuklir yang adil, seimbang, dan saling menguntungkan,” tulis Araghchi dalam sebuah unggahan di X.

Araghchi juga menekankan bahwa jika Uni Eropa dan kelompok E3 -- yakni Prancis, Jerman, dan Inggris -- ingin memainkan peran konstruktif dalam pembicaraan, mereka harus “bertindak secara bertanggung jawab” dan mengesampingkan langkah-langkah seperti mekanisme snapback, yang menurutnya tidak memiliki dasar moral maupun hukum. (Snapback dalam konteks berita ini adalah pemulihan otomatis sanksi PBB atas Iran karena dianggap melanggar kesepakatan nuklir).

Ketentuan snapback dalam JCPOA memungkinkan para penandatangan untuk memberlakukan kembali sanksi PBB terhadap Iran jika negara itu terbukti melanggar isi kesepakatan.

Laporan terbaru menyebutkan bahwa ketiga negara Eropa tengah mempertimbangkan untuk mengaktifkan mekanisme ini pada akhir Agustus, yang memicu gelombang kritik dari Teheran, termasuk dari pejabat tinggi Iran.

Pekan lalu, Araghchi memperingatkan bahwa langkah tersebut akan menyebabkan “kerusakan yang tidak dapat diperbaiki” dalam hubungan Iran dengan ketiga negara Eropa itu.

Perundingan antara Iran dan AS ditangguhkan setelah serangan mendadak Israel terhadap Iran pada 13 Juni, yang memicu perang selama 12 hari. Serangan itu terjadi hanya dua hari sebelum putaran keenam perundingan antara Teheran dan Washington yang direncanakan berlangsung di Muscat.

Iran menuduh AS terlibat dalam serangan Israel yang menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk pejabat tinggi militer, ilmuwan nuklir, dan warga sipil Iran.

AS juga melancarkan serangan ke tiga lokasi fasilitas nuklir utama Iran yang tersebar di beberapa kota.

sumber : Antara, Anadolu
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement