REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Pakar militer Brigadir Jenderal Elias Hanna mengatakan perlawanan Palestina di Jalur Gaza tidak memiliki pilihan lain selain bertempur.
Hal ini setelah Israel menyetujui proposal untuk menguasai Kota Gaza sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk menduduki seluruh Jalur Gaza.
Dalam analisis Aljazeera, dikutip Senin (11/8/2025) mengenai perkembangan militer di Gaza, Hanna menjelaskan bahwa perlawanan diperlukan untuk bertempur dan bertahan untuk mengulur waktu dan melelahkan pendudukan Israel, sehingga mendorongnya untuk mengubah keputusan politiknya.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan pada Jumat (8/8/2025) subuh bahwa Kabinet menyetujui proposal untuk mengambil alih Kota Gaza.
Tentara sedang bersiap untuk mengambil alih kota tersebut sambil memberikan apa yang disebutnya sebagai bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di luar zona tempur.
Pakar militer menunjukkan kehancuran yang meluas di lingkungan Gaza timur tampaknya merupakan persiapan untuk menguasai seluruh kota antara titik Miflasim dan Netzarim, yang pada saat yang sama menunjuk pada kehadiran pasukan tambahan dan kendaraan militer di daerah amplop Gaza.
Menurut Hanna, tujuannya tetaplah penghancuran dan akan mengepung atau menguasai Gaza untuk memindahkan hampir satu juta warga Palestina ke selatan, sebagai bagian dari opsi yang diajukan Kepala Staf Eyal Zamir kepada kepemimpinan politik.
Adapun operasi "Kereta Gideon" adalah sebuah operasi yang dilakukan secara bertahap di wilayah Gaza dan sebuah upaya untuk menghindari jatuhnya korban jiwa di pihak tentara penjajah, sebelum akhirnya diumumkan bahwa operasi tersebut berakhir dengan 50 kematian militer di antara para tentara dan perwira.
Tujuan utama Israel dalam perang saat ini masih tetap sama, seperti menghilangkan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), demiliterisasi, mengambil tahanan yang ditangkap, menduduki Jalur Gaza, dan memastikan bahwa Hamas tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.
Yedioth Ahronoth mengutip Netanyahu yang mengatakan bahwa operasi saat ini di Gaza adalah sebuah kegagalan dan tidak mengarah pada kembalinya para tawanan yang diculik. Israel ingin mengalahkan Hamas, bukan mengabadikannya.