Senin 11 Aug 2025 12:04 WIB

Ini Opsi Satu-Satunya Bagi Pejuang Hadapi Pencaplokan Gaza Oleh Israel

Israel terus lakukan serangan intensif Gaza.

Warga Palestina membawa karung tepung yang diturunkan dari konvoi bantuan kemanusiaan yang mencapai Kota Gaza dari Jalur Gaza utara, Minggu, 27 Juli 2025.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Warga Palestina membawa karung tepung yang diturunkan dari konvoi bantuan kemanusiaan yang mencapai Kota Gaza dari Jalur Gaza utara, Minggu, 27 Juli 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Pakar militer Brigadir Jenderal Elias Hanna mengatakan perlawanan Palestina di Jalur Gaza tidak memiliki pilihan lain selain bertempur.

Hal ini setelah Israel menyetujui proposal untuk menguasai Kota Gaza sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk menduduki seluruh Jalur Gaza.

Baca Juga

Dalam analisis Aljazeera, dikutip Senin (11/8/2025) mengenai perkembangan militer di Gaza, Hanna menjelaskan bahwa perlawanan diperlukan untuk bertempur dan bertahan untuk mengulur waktu dan melelahkan pendudukan Israel, sehingga mendorongnya untuk mengubah keputusan politiknya.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan pada Jumat (8/8/2025) subuh bahwa Kabinet menyetujui proposal untuk mengambil alih Kota Gaza.

Tentara sedang bersiap untuk mengambil alih kota tersebut sambil memberikan apa yang disebutnya sebagai bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di luar zona tempur.

Pakar militer menunjukkan kehancuran yang meluas di lingkungan Gaza timur tampaknya merupakan persiapan untuk menguasai seluruh kota antara titik Miflasim dan Netzarim, yang pada saat yang sama menunjuk pada kehadiran pasukan tambahan dan kendaraan militer di daerah amplop Gaza.

Menurut Hanna, tujuannya tetaplah penghancuran dan akan mengepung atau menguasai Gaza untuk memindahkan hampir satu juta warga Palestina ke selatan, sebagai bagian dari opsi yang diajukan Kepala Staf Eyal Zamir kepada kepemimpinan politik.

Adapun operasi "Kereta Gideon" adalah sebuah operasi yang dilakukan secara bertahap di wilayah Gaza dan sebuah upaya untuk menghindari jatuhnya korban jiwa di pihak tentara penjajah, sebelum akhirnya diumumkan bahwa operasi tersebut berakhir dengan 50 kematian militer di antara para tentara dan perwira.

Tujuan utama Israel dalam perang saat ini masih tetap sama, seperti menghilangkan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), demiliterisasi, mengambil tahanan yang ditangkap, menduduki Jalur Gaza, dan memastikan bahwa Hamas tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.

Yedioth Ahronoth mengutip Netanyahu yang mengatakan bahwa operasi saat ini di Gaza adalah sebuah kegagalan dan tidak mengarah pada kembalinya para tawanan yang diculik. Israel ingin mengalahkan Hamas, bukan mengabadikannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement