REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Amerika Serikat memperkirakan Israel akan menggunakan senjata nuklir terhadap Irak selama perang untuk membebaskan Kuwait dari pendudukan Irak, demikian ungkap dokumen Inggris yang baru saja dideklasifikasi.
Dilansir Middle East Monitor, Ahad (17/8/2025), pada 2 Agustus 1990, pasukan Irak menyerbu dan menduduki Kuwait.
Setelah Irak menolak untuk mundur meskipun ada kecaman global, koalisi pimpinan AS meluncurkan Operasi Badai Gurun pada 17 Januari 1991 untuk mengusir militer Irak. Beberapa negara Arab, termasuk Mesir, Arab Saudi, dan Suriah, bergabung dengan koalisi tersebut.
Sebagai tanggapan terhadap kampanye udara koalisi, Irak meluncurkan serangan rudal Scud yang menargetkan Israel dan pasukan koalisi yang ditempatkan di Arab Saudi.
Menurut catatan dari Kantor Kabinet Inggris, dua pekan setelah perang dimulai, intelijen AS menilai bahwa Irak kemungkinan besar akan menggunakan senjata kimia dalam waktu dekat, mungkin terhadap Arab Saudi, Israel, atau keduanya.
Wakil Presiden AS Dan Quayle mengatakan kepada Perdana Menteri Inggris John Major bahwa laporan-laporan Amerika menganggapnya pasti bahwa Irak akan menggunakan senjata kimia.
Dia meyakinkan Major bahwa AS dan sekutu-sekutunya akan merespons dengan respons konvensional yang luar biasa terhadap serangan semacam itu.

Dalam pertemuan mereka di London, kedua pemimpin juga membahas sikap Israel. Ketika ditanya apakah Israel akan terus menahan diri, Mayor mengatakan bahwa dia yakin untuk saat ini karena hal ini mendapatkan persetujuan internasional. Namun, dia memperkirakan Israel pada akhirnya akan membalas.
BACA JUGA: Terungkap Microsoft Dukung Operasi Militer Israel Lewat Rekaman Jutaan Komunikasi Warga Palestina
Quayle setuju, namun memperingatkan akan adanya masalah yang nyata jika Saddam Hussein menggunakan senjata kimia terhadap Israel. "Yang terburuk, dan jika ada ribuan korban jiwa, tanggapan Israel bahkan bisa berupa nuklir," katanya kepada Mayor.
Kekhawatiran lebih lanjut dipicu oleh Presiden Mesir Hosni Mubarak.
Hampir tiga pekan setelah kampanye udara, Mubarak memperingatkan Mayor bahwa Saddam semakin terkurung dan mungkin akan menggunakan senjata kimia begitu dia tidak melihat jalan keluar. Dia menyarankan koalisi untuk mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan.

