Selasa 09 Sep 2025 21:59 WIB

Pesta Usai, Industri Otomotif Eropa Kini Hadapi Kenaikan Tarif di AS dan Perang Harga di China

Pabrikan otomotif Eropa kesulitan bersaing dengan produk EV China.

Karyawan Volkswagen bekerja di jalur produksi mobil Golf VIII dan Tiguan di kantor pusat VW di Wolfsburg, Jerman, 23 Mei 2024.
Foto: REUTERS
Karyawan Volkswagen bekerja di jalur produksi mobil Golf VIII dan Tiguan di kantor pusat VW di Wolfsburg, Jerman, 23 Mei 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di balik gemerlap lampu pameran dan deretan mobil baru yang berkilau di pameran otomotif terbesar Eropa di Munchen, Jerman, para petinggi industri diam-diam diliputi kegelisahan. Pesta panjang yang mereka rayakan tampaknya sudah berakhir.

Pasar mobil dunia sedang bergejolak. Di China, harga dan keuntungan pabrikan Eropa terus menurun, sementara permintaan di Eropa masih lesu.

Baca Juga

Di Amerika Serikat, kenaikan tarif impor menambah ketidakpastian. Semua itu memaksa raksasa otomotif Eropa memangkas biaya besar-besaran demi bertahan di lanskap baru yang penuh tekanan.

Oliver Blume, CEO Volkswagen sekaligus Porsche, menggambarkannya dengan gamblang. “Pesta yang telah kita rayakan di industri otomotif selama puluhan tahun sudah berakhir dalam bentuknya yang sekarang. Kini saatnya untuk melakukan reorientasi,” ujarnya.

Tekanan EV dan target 2035

Ancaman terbesar datang dari transisi menuju kendaraan listrik (EV). Uni Eropa telah menetapkan target ambisius: mulai 2035, mobil bermesin bensin dan diesel akan dilarang dijual. Namun banyak pabrikan Eropa merasa target ini sulit dicapai. Sementara itu, produsen mobil listrik asal China melaju kencang dengan model berbiaya jauh lebih murah.

Akibatnya, nama-nama besar seperti Volkswagen, Mercedes-Benz, BMW, Porsche, hingga Renault kini terpaksa bermain bertahan. Di ajang IAA Mobility di Munchen, mereka memamerkan berbagai model baru, dari EV terjangkau hingga SUV mewah, sebagai upaya menjawab tantangan.

Menurut laporan McKinsey, hingga 2032 pabrikan Eropa berencana meluncurkan sekitar 350 model EV baru — jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, percepatan itu dianggap belum cukup.

“Tahun-tahun mendatang akan menjadi tahun kebenaran,” kata Patrick Schaufuss, mitra di McKinsey. “Pabrikan Eropa butuh pengembangan produk yang lebih cepat dan sederhana untuk mengejar pesaing asal China yang lebih lincah.”

Perang harga gila-gilaan di China

China, pasar otomotif terbesar di dunia, kini menjadi medan paling menantang. Porsche merasakan langsung hantaman itu. Penjualan mereka di China anjlok 27,9 persen pada paruh pertama 2025. Blume bahkan mengakui target margin jangka panjang 20 persen harus ditinggalkan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement