Jumat 26 Sep 2025 13:19 WIB

Serangan Siber di Indonesia Tembus 330,5 Juta, OJK Soroti Lemahnya Edukasi Nasabah

OJK minta perbankan gencar edukasi nasabah karena jadi titik rawan serangan siber.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Serangan siber di Indonesia sepanjang 2024 mencapai 330,5 juta. Sektor keuangan menempati posisi keempat sebagai target utama. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Serangan siber di Indonesia sepanjang 2024 mencapai 330,5 juta. Sektor keuangan menempati posisi keempat sebagai target utama. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan siber di Indonesia sepanjang 2024 mencapai 330,5 juta. Sektor keuangan menempati posisi keempat sebagai target utama.

“Sejak Covid-19 terasa sekali bagaimana insiden siber meningkat, karena ada kebutuhan masyarakat untuk bertransaksi digital,” ujar Plt Kepala Departemen Pengawasan Konglomerasi Keuangan OJK, Yudi Permana, dalam acara Infobank Connect: Financial Inclusion 5.0 di Jakarta, dikutip Jumat (26/9/2025).

Baca Juga

Menurut Yudi, OJK telah mengeluarkan sejumlah kebijakan mendukung layanan digital, tetapi kesadaran masyarakat masih rendah. Oleh karena itu, OJK mengharapkan perbankan untuk selalu mengedukasi nasabahnya.

“Karena pemahaman soal serangan siber dan perlindungan data ini masih menjadi titik terlemah,” ucapnya.

Ia juga menegaskan ancaman sering datang dari sisi internal. “Serangan siber kerap masuk melalui sistem dan pemahaman pegawai yang masih minim terkait pentingnya perlindungan data,” katanya.

Head of Enterprise IT Architecture, Data Management & Service Quality Group BCA, Lily Wongso, menekankan pentingnya cadangan data serta latihan tahunan pada aplikasi penting. “Tidak ada institusi perbankan yang sepenuhnya kebal dari risiko data breach,” ungkapnya.

Sementara itu, Country Manager Synology Inc, Clara Hsu, menegaskan backup hanyalah awal dari perlindungan data. “Cadangan harus dapat dipulihkan sepenuhnya, tahan terhadap serangan, dan terlindung dari ransomware,” ucapnya.

Clara menjelaskan, Synology menerapkan pendekatan keamanan berlapis, mulai dari pengendalian akses untuk menentukan siapa yang bisa membuka data, peningkatan keamanan sistem guna menutup celah pada perangkat keras maupun perangkat lunak, hingga perlindungan data dengan enkripsi, salinan yang tidak bisa diubah (immutable), dan penyimpanan di lokasi berbeda. Ia juga merekomendasikan strategi 3-2-1-1-0 backup, yakni memiliki tiga salinan data di dua media berbeda, satu salinan di luar lokasi, satu salinan offline atau tidak dapat diubah, serta memastikan nol kesalahan saat proses pemulihan.

Backup hanyalah langkah pertama. Perlindungan data berarti memastikan data dapat dipulihkan, tetap utuh, serta dikelola secara terpusat dengan strategi yang proaktif,” jelas Clara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement