Selasa 30 Sep 2025 08:07 WIB

Hipertensi Ancam Anak Muda, Pakar Ungkap Pemicu Nomor Satu

Tren terbaru menunjukkan tekanan darah tinggi mulai banyak ditemukan pada usia muda.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Pelajar menjalani pemeriksaan kesehatan (ilustrasi). Tren terbaru menunjukkan tekanan darah tinggi mulai banyak ditemukan pada usia muda.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pelajar menjalani pemeriksaan kesehatan (ilustrasi). Tren terbaru menunjukkan tekanan darah tinggi mulai banyak ditemukan pada usia muda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hipertensi atau tekanan darah tinggi kini tak lagi didominasi kelompok usia lanjut. Tren terbaru menunjukkan tekanan darah tinggi mulai banyak ditemukan pada usia muda.

Guru besar fakultas UGM, Prof Fatwa Sari Tetra Dewi, mengatakan hipertensi di kalangah muda tidak hanya berasal dari faktor genetik, namun juga dipicu perilaku hidup yang kurang sehat. "Faktor genetik saja tidak cukup menjelaskan hipertensi pada usia muda. Yang dominan adalah perilaku hidup yang tidak sehat," ujar Prof Fatwa dalam keterangan tertulis dikutip pada Selasa (30/9/2025).

Baca Juga

la menyebut kebiasaan merokok, konsumsi makanan tinggi lemak dan garam, minim konsumsi sayur dan buah, kurang olahraga, serta stres tinggi sebagai penyebab utama. Hal ini, kata Fatwa, diperparah dengan rendahnya kesadaran anak muda untuk melakukan pemeriksaan rutin karena merasa masih sehat.

"Hipertensi sering kali tidak bergejala. Karena itu, banyak yang baru menyadari saat sudah terjadi komplikasi," kata dia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada 2023 sebanyak 33 persen penduduk dunia atau sekitar satu dari tiga orang hidup dengan hipertensi. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,5 miliar orang pada 2025.

Prof Fatwa menilai upaya deteksi dini harus diperkuat, termasuk melalui program skrining tekanan darah di masyaakat. la menekankan pentingnya peran keluarga dalam pencegahan sejak dini.

"Keluarga harus menyediakan makanan seimbang, membiasakan aktivitas fisik, dan membantu anak mengelola stres. Pola asuh yang demokratis juga penting untuk membentuk resiliensi anak," kata dia.

Dia menyebut perubahan gaya hidup sehat pada remaja perlu dilakukan secara bertahap dan menyenangkan agar bisa bertahan dalam jangka panjang. "Jadi bagaimana remaja bisa enjoy menerapkan hidup sehat. Karena perilaku hidup sehat itu sebetulnya kan sudah lama, hanya saja bagaimana kita mau bergerak bersama itu yang penting," ujarnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement