Jumat 03 Oct 2025 06:50 WIB

Bahlil Pastikan Pasokan BBM Aman Meski Vivo dan BP-AKR Batal Beli dari Pertamina

Menteri ESDM tegaskan stok BBM nasional aman di tengah batalnya kerja sama.

Rep: Frederikus Dominggus Bata/ Red: Friska Yolandha
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia
Foto: ESDM
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menanggapi keputusan PT Vivo Energy Indonesia dan BP-AKR yang batal membeli bahan bakar dari PT Pertamina Patra Niaga (PPN). Menurut Bahlil, komunikasi antara para pihak masih terus berjalan. 

"B2B-nya lagi dikomunikasikan," ujar Menteri ESDM setelah menghadiri perayaan peluncuran logo baru BPH Migas, di Jakarta, Kamis (2/10/2025).

Baca Juga

Ia menekankan, pemerintah berkewajiban menjaga ketersediaan BBM. Karena itu, pembahasan yang bersifat business to business tetap diproses oleh perusahaan terkait. Kementerian ESDM hanya memberikan arahan, tanpa ikut campur terlalu jauh dalam negosiasi.

"Kami hanya memberikan guidance, selebihnya diatur. Jadi tidak ada alasan dan tidak ada satu persepsi bahwa BBM kita menipis. Udah penuh, semuanya ada. Kuota impornya pun kita sudah berikan sesuai dengan apa yang disampaikan sebelumnya," kata tokoh yang juga Ketua Umum Partai Golkar.

Direktur PT Vivo Energy Indonesia Leonard Mamahit menjelaskan, rencana pembelian BBM dari Pertamina Patraniaga tidak dapat terealisasi karena adanya syarat teknis yang belum bisa dipenuhi Pertamina. Negosiasi yang sebelumnya digelar pun akhirnya dibatalkan.

"Memang betul, kami sesuai dengan saran dari Pak Menteri ESDM telah mengadakan negosiasi dengan Pertamina. Tapi karena ada beberapa hal teknis yang tidak bisa dipenuhi Pertamina, sehingga apa yang sudah kami mintakan itu dengan terpaksa dibatalkan," ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10/2025).

Meski demikian, Leonard menegaskan peluang kerja sama tetap terbuka di masa mendatang jika syarat teknis yang diajukan perusahaannya dapat dipenuhi. Untuk saat ini, ia mengungkapkan seluruh stok BBM di SPBU Vivo telah habis, sehingga 44 SPBU di Jabodetabek tidak lagi beroperasi.

Presiden Direktur BP-AKR Vanda Laura menyampaikan hal serupa. Menurutnya, pembelian dari Pertamina Patraniaga belum bisa dilanjutkan karena sejumlah persyaratan penting belum terpenuhi, khususnya terkait kepatuhan dan spesifikasi produk.

Sejak Juni lalu, kata dia, BP-AKR sudah mengantisipasi potensi keterbatasan stok dengan mengajukan penyesuaian kuota impor. Perusahaan bahkan telah menyiapkan rencana pembukaan 10 SPBU baru hingga akhir tahun, menuju target 250 SPBU pada 2030. Namun, realisasi rencana tersebut harus dievaluasi ulang.

"Kami sudah meminta penyesuaian impor kuota sejak Juni. Saat itu sudah kami lihat potensi keterbatasan stok. Tetapi sampai Juli, ketika ada surat dari Wamen ESDM yang menetapkan kuota 110 persen, kebutuhan kami masih belum cukup," jelasnya.

Ia menambahkan, hingga awal Oktober, hanya satu hingga dua SPBU BP-AKR yang masih menjual bensin. Untuk mengurangi dampak bagi konsumen, perusahaan menyesuaikan jam operasional, efisiensi biaya, serta terus berkoordinasi dengan Pertamina dan Kementerian ESDM.

Dalam pertemuan dengan Pertamina Patraniaga pada 19 September 2025, kedua belah pihak menyepakati tiga hal antara lain penyediaan base fuel tanpa etanol, pelaksanaan joint surveyor di pelabuhan muat, serta mekanisme open book dalam aspek komersial. Namun, hasil pembahasan lebih lanjut menunjukkan tiga hal masih tertunda: dokumen kepatuhan (certificate of origin), kesesuaian spesifikasi, serta aspek komersial, termasuk konfirmasi kandungan etanol.

Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun menegaskan, penggunaan etanol dalam BBM bukanlah hal baru. Praktik tersebut sudah lazim dilakukan secara global untuk mendukung transisi energi ramah lingkungan.

"Penggunaan BBM dengan campuran etanol hingga 10 persen telah menjadi best practice di banyak negara seperti Amerika, Brasil, bahkan Thailand, sebagai bagian dari upaya mendorong energi yang lebih ramah lingkungan sekaligus mendukung pengurangan emisi karbon," ujarnya.

Roberth menambahkan, seluruh produk Pertamina Patra Niaga tetap sesuai dengan spesifikasi pemerintah. Mekanisme pengadaan juga dilakukan sesuai prosedur agar pasokan energi nasional terjaga. Pertamina memastikan distribusi BBM menjangkau seluruh wilayah, mulai dari perkotaan hingga pelosok.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement