REPUBLIKA.CO.ID,WAJO — Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag), Amien Suyitno menegaskan pentingnya menjadikan isu air dan lingkungan sebagai perhatian utama peserta Halaqah Internasional yang digelar sebagai rangkaian acara Musaqah Qira'atil Kutub (MQK) Internasional 2025.
Forum tersebut mengangkat tema “Transformasi Sosio-Ekologis dan Solusi Epistemologis Berbasis Turats”. Dalam sambutannya, Amien mengaitkan urgensi air dengan pembahasan fikih klasik yang selalu diawali dengan bab thaharah (bersuci).
Menurut dia, hal itu bukan sekadar persoalan najis, melainkan menunjukkan betapa vitalnya air dalam kehidupan manusia, baik dari sisi spiritual maupun ekologis.
“Saya teringat, dari fikih klasik hingga modern hingga semua kitab fikih pasti dimulai dengan bab thaharah. Itu menunjukkan betapa pentingnya air sebagai sumber kehidupan. Air bukan hanya urusan ibadah, tapi juga menyangkut kelestarian lingkungan,” ujar dia dalam sambutannya di Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025) malam.
Ia menegaskan, persoalan lingkungan seperti climate change dan global warming kini menjadi tantangan besar umat. Karena itu, ia mendorong reaktualisasi konsep maqasyid syariah atau addaruriyat al-khams agar bisa dikontekstualisasikan dengan kebutuhan zaman, termasuk dalam menjaga sumber daya alam.
“Kalau kebutuhan air bisa kita tempatkan sebagai bagian penting dari menjaga lingkungan, maka bisa jadi itulah alasan para fuqaha mendahulukan bab thaharah. Karena sumber air hanya mungkin tersedia jika lingkungan tetap lestari,” ucap dia.
Amien berharap halaqah internasional ini bisa melahirkan gagasan segar dan solusi brilian yang dapat menjadi rujukan bagi kementerian maupun lembaga dalam merumuskan kebijakan lingkungan ke depan.
Ia juga menekankan, pentingnya kehadiran agama dalam menjawab persoalan nyata masyarakat. Menurut dia, agama tidak cukup dipahami hanya sebagai hubungan vertikal (hablumminallah), tetapi juga harus berkontribusi pada isu-isu sosial-ekologis yang menyentuh kepentingan publik.
“Agama harus dikontekstualisasikan sesuai zamannya. Seperti yang sering disampaikan Bapak Menteri Agama, kita perlu membangun ekoteologi, yaitu bagaimana agama berkontribusi pada penyelesaian masalah lingkungan,” kata Amien.
Halaqah Internasional ini mempertemukan para ulama, akademisi, dan santri dari berbagai daerah untuk mendiskusikan relevansi turats (khazanah keilmuan klasik Islam) dalam merespons tantangan ekologis kontemporer.
