REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) masih melakukan monitoring pada Satelit Telkom-1 yang sempat mengalami anomali pada pekan lalu. VP Corporate Communication Telkom Arif Prabowo mengatakan, sampai saat ini satelit tersebut masih memberikan sinyal telemetri dan merespons perintah dari stasiun pengendali milik Telkom yang ada di Cibinong.
Dalam melakukan monitoring tersebut, Arif mengatakan, Telkom dibantu oleh Lockheed Martin sebagai manufaktur dari Satelit Telkom-1. "Mereka (Lockheed Martin) juga memberikan dukungan bagi Telkom dalam upaya menganalisis apa yang terjadi pada Satelit Telkom 1 pascaanomali hingga sekarang," ujar Arif, lewat keterangan tertulis, Senin (4/9).
Sebelumnya, pada Jumat (25/8) lalu, Satelit Telkom-1 mengalami anomali yang berakibat pada pergeseran pointing antena sehingga layanan transponder satelit terganggu. Hal ini ikut mengakibatkan terganggunya sistem ribuan ATM milik sejumlah bank.
Ketua Asosisasi Satelit Seluruh Indonesia (ASSI) Dani Indra Widjanarko mengungkapkan, ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya anomali pada satelit. Antara lain bahan bakar habis, baterai rusak, solar array (kumpulan panel, modul, dan sel solar) yang tidak bisa berputar, hingga sistem panduan yang tidak bekerja.
"Penyebab anomali sebenarnya bisa diteliti dari data-data telemetri yang rutin diterima (stasiun pengendali) dari satelit," kata dia.
Menurut Dani, dalam beberapa bulan terakhir, telah terjadi anomali pada beberapa satelit yang ada di angkasa. Selain Satelit Telkom-1, satelit lain yang juga sempat mengalami anomali dalam waktu berdekatan, antara lain Satelit AMC-9 buatan Alcatel Space (Thales) yang diluncurkan pada 2003. Satelit NSS 806 (d/h IS-806), buatan Lockheed Martin yang diluncurkan pada 1998 dan Satelit Intelsat 33 buatan Boeing yang diluncurkan pada Agustus 2016 lalu.