REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi (Kemenpan RB) memuji sistem digitalisasi sumber daya manusia/SDM yang dikembangkan Human Capital Management PT Telkom. Menurut Menpan RB, Asman Abnur, di banyak negara maju, pengelolaan sistem birokrasi menggunakan cara-cara korporasi.
"Jadi setelah dipaparkan (CHCO Telkom Herdy Harman, red), saya tak perlu komentar lagi soal konsep. Semua sistem sudah ada di sini," ujar Asman saat Kunjungan ke Telkom Corporate University Jl Gegerkalong Hilir, Kota Bandung, Selasa petang (23/1).
Asman menilai, kalau konsep Telkom dibawa, ke kementerian, pemprov, dan pemkab, maka negara maju dan tak bisa dipandang sebelah mata. Menurut dia, posisinya yang berlatar pengusaha, sangat ideal untuk lakukan reformasi birokrasi.
Sebab, kontribusi per unit harus terhitung sebagaimana ditekankan dalam konsep SDM PT Telkom. Apalagi, ada intruksi Presiden Jokowi dalam rapat kerja kabinet yang meminta semua Peraturan Menteri tak produktif lintas bidang untuk dihapus segera.
"Bagaimana kami harus transformasikan, dan replikasi sistem di korporasi ini karena ASN kami ada 4,3 juta orang atau sama dengan jumlah penduduk satu negara Singapura," katanya.
Asman mengatakan, pihaknya juga mengapresiasi proses rekrutmen di PT Telkom yang beragam dan inovatif namun bisa peroleh talen terbaik. Hal yang penting karena dalam penerimaan PNS terakhir, pelamar mencapai 2,4 juta orang untuk lowongan 30 ribu-an posisi.
Karenanya saya bersyukur bisa ditempatkan di kementerian ini. Karena bisa merombak negara dari people-nya. "Saya harap Telkom mau berkolaborasi dengan kementerian kami dalam mereformasi sumber daya manusia," katanya.
Chief Human Capital Officer (CHCO) PT Telkom Herdy Harman mengatakan, spirit digitalisasi SDM berbasis kondisi perusahaan. Terutama penurunan lini bisnis fixed phone dan layanan suara seluler.
Di sisi lain, kata dia, anak perusahaan seluler, Telkomsel sudah nomor 5 di dunia. Telkom juga, punya 150.000 km fiber optic, 102.000 pengguna datacenter, serta 72 anak perusahaan. "Kami tak hanya punya unit bisnis tapi juga lini pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi, katanya.
Dengan 24.000 ribu karyawan, kata dia? maka pihaknya harus menyusun rencana strategis, implementasi, hingga evaluasi yang matang dan berbasis operasional perusahaan di bidang teknologi informasi komunikasi.
Melalui konsep The Telkom Way, maka operasional digitalisasi SDM berbasis tiga operasional yakni kompetensi teknis fungsional, kompetensi kepemimpinan digital, serta kompotensi profesional. Seluruhnya ini, harus bisa terukur keluarannya, karena jika tidak, maka tidak bisa kita kelola.
"Bahkan sampai kiprah karyawan kami pun ditelusuri dan dinilai, semisal menjadi pengurus RT, RW, hingga pengurus mesjid," katanya.
Herdy mengatakan, rekrutmen pun menggunakan cara milenial seperti kompetisi rintisan usaha digital (start up), yang mana pemenang ditawarkan menjadi karyawan. Mereka yang sudah karyawan pun ditawarkan masuk Amoeba Digital, yakni perusahaan rintisan internal guna mendukung lini bisnis induk.
Di atas semuanya, kata dia, seluruh perencanaan SDM selain terukur, juga harus berdampak langsung ke bisnis perusahaan. Karenanya, pergerakan ini harus dibarengi dengan membudidayakan kultur yang berubah total.
"Bahkan ketika kami membangun kantor Telkom Smart Office, penanggungjawab proyeknya saya, CHCO. Itu karena kami harus membuat suasana kantor berubah, harus menyenangkan namun mendorong peningkatan performansi," katanya.