REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pembajakan peranti lunak atau software komputer di Indonesia meningkat satu persen menjadi 86 persen pada kurun 2008-2009. Asosiasi internasional yang mewakili industri software global, Business Software Alliance (BSA) bersama perusahaan riset pasar IDC, mengumumkan hasil studi tahunan ketujuh pembajakan software global di Jakarta, Selasa.
"Kondisi pembajakan piranti lunak komputer di Indonesia sedikit memburuk dengan fakta masih banyak di lapangan terjadi praktek pembajakan," kata Perwakilan dan Juru Bicara BSA Indonesia, Donny A. Sheyoputra. Pihaknya meriset pembajakan software yang terjadi di lebih dari 100 negara.
Dan tercatat pada kurun 2008-2009, penginstalan software tanpa lisensi pada komputer pribadi (PC) di Indonesia meningkat satu persen menjadi 86 persen.
"Nilai komersial software itu mencapai 886 juta dolar AS," katanya. Sementara itu, tingkat pembajakan software komputer di Asia Pasifik turun dari 61 persen pada 2009 menjadi 59 persen pada 2009, di mana nilai komersial software ilegal meningkat hingga melampaui 16,5 miliar dolar AS.
Hasil studi pembajakan software PC 2009 BSA/IDC menunjukkan, meski terjadi resesi ekonomi global, tingkat pembajakan software PC berkurang di banyak negara tepatnya menurun di 54 negara dan hanya meningkat di 19 negara.
Donny mengatakan, penelitian itu juga menemukan bahwa karena pertumbuhan yang cepat di sejumlah negara dengan tingkat pembajakan software yang tinggi seperti Cina, India, dan Brazil, hal ini meningkatkan pula porsi software mereka di tengah keseluruhan pasar software dunia.
Dengan demikian tinggat pembajakan software global mengalami kenaikan dari 41 persen menjadi 43 persen.
"Kami akan melanjutkan kerja sama dengan pemerintah, para pelaku bisnis, dan konsumen untuk mengingatkan risiko-risiko yang muncul akibat menggunakan software ilegal dan akibat nyata pembajakan software terhadap perekonomian Indonesia," katanya.
Wakil Presiden dan Direktur BSA Asia Pasifik, Jeffrey Hardee, mengatakan, penurunan pembajakan software PC akan berpengaruh lebih dari sekadar menghasilkan pendapatan bagi industri. "Penurunan pembajakan software PC dapat memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan di Asia Pasifik," katanya.
Secara khusus ia mencatat, penyebab kenaikan tingkat pembajakan di Indonesia disebabkan karena penetrasi PC yang pesat di Indonesia di mana pada 2008 sebesar 2,4 juta unit dan pada 2009 mencapai lebih dari 3 juta unit.
IDC menemukan untuk setiap 100 dolar software legal yang terjual pada 2009 di pasar muncul pula software bajakan senilai 75 dolar.
Penelitian BSA/IDC pada 2008 menemukan dampak ekonomi atas penurunan pembajakan software sebesar 10 persen dalam empat tahun akan menambah pendapatan negara 24 miliar dolar tanpa harus meningkatkan pajak.
Faktanya IDC memperkirakan tiap satu dolar nilai software legal yang dijual di suatu negara, maka akan muncul penghasilan tambahan sebesar 3-4 dolar bagi sektor layanan lokal dan perusahaan distributor software.
"Para pengusaha software lokal, distributor, dan reseller berperan dalam menciptakan lapangan kerja, memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, menghasilkan pajak, dan merupakan sumber kebanggan bagi negara mereka masing-masing," katanya.