REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Republika kembali menggelar Fun Science and Parenting Session yang bekerja sama dengan Klinik Pendidikan MIPA (KPM), Sabtu (1/2). Kegiatan ini mengajak anak-anak untuk belajar matematika dan sains dengan cara yang menyenangkan.
Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Republika, Jalan Warung Buncit Raya, Pejaten, Jakarta Selatan. Tema yang diangkat kali ini adalah untuk mengajarkan anak-anak mengenai kerja sama tim.
Sekitar 25 anak dengan rentang usia kelas 2 hingga 6 Sekolah Dasar (SD) mengikuti kegiatan tersebut. Mereka telah memenuhi ruang 'Himah' di lantai basement gedung yang dijadikan sebagai kelas sejak pukul 09.00 WIB.
Para peserta Fun Science itu pun dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil. Masing-masing terdiri dari tiga sampai empat orang. Kegiatan itu dimulai dengan materi matematika yang dikemas dalam permainan puzzle Polyomino.
Guru matematika sekaligus Litbang matematika di KPM, Eva Choirunisa mengatakan, puzzle ini mirip dengan puzzle yang biasa. Namun Eva menyebut, terdapat perbedaan, yakni dari cara bermainnya.
"Cuma bedanya, kan kita seringnya kalau main puzzle dibongkar, disusun lagi ke tempatnya. Ternyata cara mainnya puzzle yang sebenarnya itu kita bisa bentuk hewan, bunga, kupu-kupu, rumah gitu. Untuk menyusun ke bentuk awalnya lagi, itu hanya merapikan mainan, bukan bermain namanya," kata Eva kepada Republika.
Eva menambahkan, permainan ini mampu melatih daya nalar anak-anak, membiasakan mereka menempatkan sesuatu lebih ke sistematis, serta kerja kelompok. Para peserta itu pun diminta untuk membuat sekitar enam bentuk hewan dari puzzle Polyomino itu. Mulai dari kupu-kupu hingga gajah.
Ruangan itu pun terdengar semakin riuh oleh suara anak-anak saat diminta membuat bentuk hewan yang dirasa semakin sulit. "Gambar berikutnya silakan bikin bentuk unta," ujar Eva
"Yaahhh, susah, bu," sahut para peserta Fun Science.
Meski demikian, anak-anak itu tidak terlihat putus asa. Tak jarang, mereka memanggil Eva untuk sekadar memberikan petunjuk. Adapula kelompok yang begitu serius dan berpikir keras, puzzle model apa yang dapat digabungkan hingga membentuk gambar hewan yang diminta.
Sejumlah peserta mengikuti kegiatan Republika Fun Science di Kantor Republika, Jalan Warung Buncit, Jakarta, Sabtu (1/2).
Usai bermain puzzle, Eva mengajak anak-anak untuk belajar berhitung dengan permainan Barena atau Bang Read1 Napier. Ia menjelaskan, permainan ini diciptakan oleh pemilik KPM, yakni Ridwan Hasan Saputra.
Eva mengungkapkan, Ridwan yang merupakan salah satu peraih penghargaan Tokoh Perubahan Republika 2013 itu memiliki ide awal menciptakan mainan dari perkalian tulang Napier. Sebab Ridwan menilai, zaman sekarang anak-anak banyak yang tidak hafal mengenai perkalian dan faktor bilangan matematika.
"Nah, Pak Ridwan itu menciptakan mainan yang simpel tapi anak-anak bisa bermain dan belajar perkalian dari permainan itu. Makanya Barena itu ada tiga model," papar dia.
Pertama, model penjumlahan terkecil atau terbesar. Kedua, model faktor bilangan, dan model yang ketiga adalah menghasilkan perkalian terbesar.
Namun, model yang ketiga tidak dipraktikan dalam kegiatan tersebut lantaran para peserta masih duduk di bangku SD. Padahal, jelas dia, model tersebut diperuntukan bagi pelajar SMP yang sudah mengenal faktor bilangan. Sehingga dalam kegiatan yang berlangsung, Eva hanya mengenalkan dua model kepada para peserta.
Ia mengatakan, melalui permainan ini diharapkan anak-anak dapat cepat menghafal perkalian tanpa harus merasa tertekan. "Kalau lewat permainan kan lebih seru ya.Terus kemudian kerja sama tim juga. Karena dimainkannya kan berkelompok dan itu harus menyusun strategi kapan kita harus mengeluarkan kartu dengan angka terkecil, kapan kita harus menghasilkan angka yang terbesar," ungkapnya.
Permainan ini menggunakan sebuah kartu yang disebut Barena. Terdapat 36 kartu dalam setiap satu kotaknya. Cara bermainnya cukup mudah.
Setiap peserta mendapatkan dua kartu untuk melakukan penghitungan tergantung dari jenis model yang digunakan. Dalam satu kartu terdapat dua angka yang berbeda yang dibatasi dengan sebuah garis miring. Angka pertama merupakan bilangan ratusan, dua angka di tengah adalah bilangan puluhan. Sedangan satu angka terakhir merupakan bilangan satuan.
Misalnya, para peserta memilih model pertama, yakni penjumlahan terkecil atau terbesar, maka peserta akan diminta menjumlahkan angka tersebut dari belakang atau dari angka satuan. Jika yang dipilih adalah penjumlahan terkecil, maka peserta yang memegang kartu dengan jumlah angka terkecil adalah pemenangnya.
Sementara itu, untuk materi sains, para peserta diminta untuk membuat kincir angin sederhana atau baling-baling. Kincir angin itu dibuat dari kertas karton dan sedotan plastik.
Staf Litbang IPA KPM, Febby Leona Tiffany menuturkan, melalui pembuatan kincir angin sederhana ini, ia ingin menumbuhkan jiwa insiyur kepada anak-anak sejak dini. "Pengennya ada penerus Eyang Habibie berikutnya. Jadi kenapa milih baling-baling, karena di Indonesia sendiri juga baru-baru ini ada PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau Angin)," ucap Febby.
Sejumlah peserta mengikuti kegiatan Republika Fun Science di Kantor Republika, Jalan Warung Buncit, Jakarta, Sabtu (1/2).
Sebelum anak-anak diminta membuat miniatur tersebut, Febby terlebih dahulu menayangkan sebuah video yang menjelaskan mengenai bagian-bagian kincir angin, inovasi di dalamnya apa saja, dan negara yang sudah membuat benda tersebut.
Dari video tersebut, kata Febby, anak-anak bisa lebih dulu memahami bahwa kincir angin tidak sesederhana yang dilihat. Sebab, proses pembuatannya terbilang cukup lama, memiliki dasar, dan ada banyak pihak yang terlibat di dalamnya.
Oleh karena itu, Febby berharap, melalui permainan ini, para peserta dapat belajar mengenai pentingnya kerja sama tim. "Jadi sains itu sangat butuh yang namanya kerja sama tim. Sehingga membuat sesuatu yang besar pun dapat terbuat. Jadi jika kita ingin menghasilkan karya-karya yang besar, harus saling kolaborasi dan kerja sama tim," jelas perempuan berusia 24 tahun itu.
Salah satu peserta, Muhammad Alfarabi Halimy mengatakan, ini merupakan kali kedua dirinya mengikuti kegiatan Fun Science Republika. Bocah kelas 4 SD ini menuturkan, ia sangat senang bisa mengikuti kegiatan tersebut karena proses belajar yang santai.
"Saya suka IPA dan Matematika. Cita-citanya mau jadi pemain basket profesional," kata Alfarabi yang mengidolakan pemain basket Michael Jordan.