REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar poundsterling yang melemah dan gejolak mata uang setelah pemungutan suara Brexit mendorong kenaikan harga produk-produk Apple di Inggris. Hal itu juga berpengaruh terhadap harga perangkat Apple yang baru dirilis.
Ini tidak hanya terjadi pada iPhone 7 dan iPhone 7 Plus yang harganya berturut-turut 599 poundsterling (sekitar Rp 10,4 juta) dan 719 poundsterling (sekitar Rp 12,6 juta), tetapi juga berdampak pada produk-produk Apple lain seperti Mac dan produk aksesori. Sebagai perbandingan, tahun lalu iPhone 6S diluncurkan di Inggris dengan harga mulai 539 poundsterling (sekitar Rp 9,4 juta) dan iPhone 6S Plus seharga 619 poundsterling (Rp 10,8 juta).
Padahal di pasar Amerika Serikat harga iPhone 7 dan iPhone 7 Plus dibanderol sama dengan harga iPhone 6S dan iPhone 6S Plus saat awal peluncuran. Kenaikan harga di Inggris juga berdampak pada iPad Pro yang kini berharga 549 poundsterling (Rp 9,6 juta), naik dari harga sebelumnya 499 poundsterling (Rp 8,7 juta).
Selain itu, Apple Pencil yang sebelumnya dijual 79 poundsterling (Rp 1,3 juta) kini berharga 99 poundsterling (Rp 1,7 juta). Penyesuaian harga untuk pasar-pasar tertentu bukanlah hal baru, dan biasanya didorong oleh fluktuasi mata uang.
Apple yang berbasis di Amerika Serikat melakukan semua akuntansi dalam dolar AS, yang berarti ketika mata uang negara lain turun atau naik terhadap dolar AS maka Apple harus membuat penyesuaian harga untuk mengompensasi perbedaan, demikian dilansir Phone Arena Rabu (14/9).