Kamis 05 Dec 2013 11:05 WIB

Samad Mengaku Pernah Menjadi Korban Twitter dan Facebook

Rep: bilal ramadhan/ Red: Taufik Rachman
 Ketua KPK Abraham Samad memberikan keterangan pers terkait pemberian penghargaan Ramon Magsaysay Award 2013 kepada KPK di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (21/8). ( Republika/Wihdan)
Ketua KPK Abraham Samad memberikan keterangan pers terkait pemberian penghargaan Ramon Magsaysay Award 2013 kepada KPK di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (21/8). ( Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA- Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad mengatakan peran humas sebuah lembaga dalam menyampaikan informasi yang tepat kepada masyarakat sangat penting.

Humas juga dapat memberikan informasi di media-media sosial. Samad mengaku pernah menjadi korban akun-akun dengan identitas yang tidak jelas atau anonim di jejaring sosial Twitter.

"Dengan maraknya media sosial, bisa digunakan secara positif dan negatif," kata Samad dalam acara Seminar Humas 2013 yang diadakan KPK di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (5/12).

Samad menuturkan ia memiliki pengalaman menarik setelah pelantikannya sebagai Ketua KPK. Kira-kira satu pekan setelah pelantikan tersebut, tiba-tiba muncul akun di Twitter dan Facebook yang mengatasnamakan dirinya.

Di akun tersebut seolah-olah dia yang bicara dalam setiap kicauannya. Padahal ia mengaku sama sekali tidak pernah membuat akun di Twitter. Ia tidak dapat membayangkan jika akun tersebut terus berkicau dan bernada negatif serta menyerang pihak lain. "Bahkan pernah menyerang Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dan itu seram banget," tuturnya.

Menurutnya hal itu merupakan dampak negatif dari media sosial. Dampak lainnya juga berita-berita negatif dan saling menyerang juga tersebar secara bebas di Twitter. Hal ini semakin diperparah dengan maraknya akun-akun anonim seperti Trio Macan 2000 dan Jilbab Hitam yang kerap menyerang secara lembaga mau personal.

Namun begitu, media sosial juga memiliki dampak positif. Dalam media sosial, informasi dapat disampaikan jauh lebih cepat daripada media konvensional. Maka itu perlu membuka peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi melalui media sosial.

Ia menyontohkan saat KPK mengalami penyerangan dari berbagai pihak, hampir sebagian besar pengguna media sosial memberikan dukungan begitu besar kepada KPK. Dengan begitu, peran humas ke depan dituntut dapat bekerja lebih maksimal dan elegan agar dapat memberikan informasi yang lebih terpercaya.

"Humas adalah penyambung lidah rakyat antar lembaga dan masyarakat. Peran humas sangat strategis, pencitraan sebuah lembaga tergantung bekerjanya humas secara profesional. Lewat seminar ini diharap kita mampu berbagi informasi dan pengalaman," tegas Samad.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement