REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cloud computing atau komputasi awan merupakan salah satu bentuk solusi teknologi informasi (TI) yang saat ini mulai mengglobal penggunaannya. Namun, adopsi cloud di Indonesia ternyata masih lamban perkembangannya karena infrastrukturnya terbatas dan kepercayaan konsumen masih belum optimal.
Pelaku industri telekomunikasi sedang melakukan ekspansi agar broadband bisa lebih seamless (mulus). Infrastruktur inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa di negara maju level adopsi cloud-nya sudah tinggi. Country Head Infrastructure Service and Solution (ISS) Fujitsu Indonesia Mulia Dewi Karnadi mengatakan infrastruktur jaringan di negara maju sudah siap.
Padahal, Indonesia juga menghadapi masalah kepercayaan konsumen yang masih rendah. Faktor keamanan menjadi pertimbangan utama calon pengguna aplikasi. Meskipun, vendor solusi cloud computing menyakinkan bahwa aplikasi telah mendapatkan sertifikasi aman dari berbagai pihak, tapi belum bisa meyakinkan konsumen.
“Masih banyak yang ragu soal keamanan dan bingung dengan model layanannya. Tapi, semuanya tergantung dengan kebijakan perusahaan,” ujar Dewi di acara Media Gathering Fujitsu di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Perusahaan-perusahaan di Tanah Air, ujar Dewi, sebenarnya sudah banyak yang mengadopsi cloud computing, tapi dengan tingkat adopsi yang masih rendah. Ia yakin jika semua kendala teratasi, tingkat adopsi bakal meningkat.
“Indonesia tidak akan melalui grafik seperti negara lain yang maju secara perlahan, tapi bisa langsung tumbuh tinggi. Tiga tahun lagi infrastruktur diperkirakan sudah stabil sehingga adopsi cloud bisa jauh lebih tinggi dibandingkan saat ini,” kata dia.