Rabu 09 Apr 2014 17:09 WIB

Survei: Internet Berbahaya Bagi Kebebasan Berekspresi

Sejumlah warga Iran tengah berselancar di internet di sebuah warnet di Teheran, Iran
Foto: AP/Vahid Salemi
Sejumlah warga Iran tengah berselancar di internet di sebuah warnet di Teheran, Iran

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --  Sebuah survei opini publik global yang baru menunjukkan bahwa 50 persen lebih sedikit responden di dunia percaya bahwa Internet bukan tempat yang aman untuk mengekspresikan pendapat individual mereka.

Survei tersebut, dilaksanakan oleh perusahaan GlobeScan untuk BBC World Service, mencakup 17.000 orang di 17 negara di setiap benua; diantaranya Peru, Nigeria, China dan Amerika Serikat.

Beberapa hasil survei tersebut cukup mengejutkan atau bahkan kontradiktif. Misalnya saja, meski 52 persen tidak sepakat dengan pernyatan "Internet adalah tempat yang aman untuk mengekspresikan pendapat saya," 67 persen setuju bahwa "Internet memberikan kebebasan yang lebih besar."

Di antara negara-negara tempat responden survei paling tidak percaya pada Internet adalah Kanada dan AS (keduanya 65 persen), Perancis (76 persen) dan Korea Selatan (72 persen) -- semuanya memiliki akses Internet yang relatif luas dan tidak tersaring.

Sepertinya tuduhan Edward Snowden menenai pengintaian oleh pemerintah AS telah berimbas pada keyakinan mengenai keamanan Internet, menurut kepala GlobeScan Doug Miller.

GlobeScan telah melaksanakan survei pada tujuh tahun terakhir. Badan ini meminta pendapat responden mengenai tujuh wilayah umum dari kebebasan, termasuk pendapat publik, praktik agama, kebebasan menikah dan pengintaian pemerintah.

Miller mengatakan bahwa beberapa tren, terutama ukuran ketidakpercayaan pada media, menuju pada arah yang memprihatinkan.

"Mayoritas warga Amerika dan Jerman tidak merasa bebas dari pengintaian pemerintah, dan lagi-lagi menunjukkan bahwa tuduhan Snowden memiliki pengaruh besar pada penemuan survei terkait Internet," ujar Miller.

"Fakta bahwa beberapa dari negara-negara yang sama mengekspresikan pandangan positif bahwa Internet berkontribusi pada kebebasan mereka konsisten dengan adanya kebebasan sosial (lewat jaringan sosial) dan kebebasan ekonomi (lewat belanja daring) yang disediakan Internet," ujarnya.

Yang juga mengejutkan adalah 76 persen -- tingkat tertinggi di semua negara -- dari para responden di China yang merasa bebas dari pengawasan dan pengintaian pemerintah.

Miller prihatin karena menurunnya kepercayaan pada kebebasan pers dan media, dari 59 persen menjadi 40 persen yang yakin bahwa mereka memiliki media nasional yang bebas dan tidak bias.

sumber : VOA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement