REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Perdebatan dalam negeri Iran terkait masalah internet terus memanas. Kubu konservatif melihat internet sebagai ancaman. Namun, Presiden Iran, Hassan Rouhani yang mencoba menengahi perdebatan itu melihat Iran seharusya merangkul internet.
Dalam pidatonya akhir pekan ini, Rouhani mengatakan membatasi internet seperti membawa pedang kayu dalam adu tembak. Secara tersirat, Rouhani lebih memilih opsi sensor ketimbang melarang akses internet. Arah ini jelas bertolakbelakang dengan pendahulunya, Mahmoud Ahmadinejad.
"Kita harus melihat (Internet sebagai peluang. Kita harus mengakui hak warga negara untuk terhubung dengan World Wide Web," ujar Rouhani, menurut kantor berita resmi IRNA, seperti dikutip VOA, Ahad (25/5). Bahkan jika ada serangan, yang memang ada, cara untuk menghadapinya adalah melalui cara modern, bukannya dengan metode-metode pasif dan pengecut.
Iran telah lama memiliki perilaku yang kontradiktif terhadap Internet. Akses terhadap situs-situs seperti Twitter, Facebook dan Youtube diblokir untuk sebagian besar warga Iran, namun Khamenei sendiri bergabung dengan Twitter dan Facebook pada 2009 dan sekarang aktif menggunakan keduanya.
Sekarang-sekarang ini, pemimpin tertinggi tersebut sering mengirimkan lebih dari selusin tweet sehari dalam Bahasa Inggris, Farsi dan Arab. Tweet terakhirnya menginformasikan para pengikutnya yang berjumlah 53.900 bahwa "Meski ada kemajuan industrial di #Barat, kelalaian dan penghinaan atas #keluarga dan nilai-nilainya akan menyebabkan Barat jatuh di kemudian hari."
Pada halaman Facebooknya, di mana ia mendapatkan 82.000 "like", Khamenei menawarkan panduan spiritual, mengatakan pada mereka yang mencari pasangan untuk menerima kompromi: "istri sempurna tak bercela atau suami sempurna tak bercela tidak ada di dunia ini."