Selasa 24 Mar 2015 06:19 WIB

Marak Cybercrime, Sistem IT Harus Lebih Aman

Pratama Persadha sedang memaparkan teknologi enkripsi terkini dalam International Bussiness Forum di arena pameran IT terbesar dunia CeBIT 2015, Hannover Jerman.
Foto: CISSReC
Pratama Persadha sedang memaparkan teknologi enkripsi terkini dalam International Bussiness Forum di arena pameran IT terbesar dunia CeBIT 2015, Hannover Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID, HANNOVER -- Edward Snowden mengingatkan masyarakat dunia akan adanya serangan penyadapan besa-besaran oleh pihak yang tidak pertanggung jawab. Pernyataan tersebut disampaikan Snowden melalui konferensi video dengan peserta seminar di pameran IT terbesar dunia, CeBIT Hannover Jerman, pekan lalu (18/3). Mantan kontraktor dinas intelijen NSA Amerika Serikat inimenjelaskan serangan tersebut di arahkan ke sistem informasi dan transmisi komunikasi.

Menanggapi hal ini, chairman lembaga riset CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) Pratama Persadha, salah satu pakar keamanan cyber yang hadir langsung di CeBIT 2015 Hannover menghimbau masyarakat dan pemerintah Indonesia tidak menganggap enteng peringatan Snowden ini.

“Di Eropa yang notabene kesadaran IT security-nya sudah terbangun saja masih bisa kecolongan. Tahun 2014 kemarin misalnya, 40 persen jasa keuangan di Jerman, menurut studi KPMG diserang kejahatan dunia maya. Indonesia harus bersiap diri mulai sekarang,” ujar dia, akhir pekan lalu melalui siaran pers.

Menurut dia, serangan cyber ini tidak hanya menyasar korporasi besar saja. Usaha kecil menengah pun sudah menjadi target. Karena itu pengamanan data dan transmisi komunikasi menjadi sebuah kemestian. “Kata kuncinya adalah teknologi enkripsi untuk mengamankan sistem, data dan transmisi komunikasi. Ini yg harus diperkuat oleh sektor swasta maupun pemerintah sebagai upaya pencegahan,” jelasnya.

Mantan ketua tim IT kepresidenan Lembaga Sandi Negara ini mengingatkan pemerintah agar lebih berhati-hati dan memberi perhatian lebih pada sistem pengamanan IT yang dijalankan. Apalagi, saat ini Indonesia tengah menggalakkan program e -goverment. Jangan sampai, kata dia data-data vital atau informasi penting dicuri pihak-pihak tak bertanggung jawab.

Untuk itu pengamanan enkripsi pada seluruh unit yang terhubung dengan sistem e government harus benar-benar kuat. Jika ada satu saja titik lemah di unit, departemen atau dinas tertentu yang bisa ditembus, maka keseluruhan sistem sudah dalam bahaya. Menurut dia, dalam menjalankan e government, bukan hanya kecanggihan sistem saja yang dikedepankan. Pengamanan data dan transmisi komunikasinya perlu menjadi prioritas. 

“Negara maju seperti Amerika dan Eropa bahkan mengalokasikan dana besar demi mengamankan diri dari serangan Cyber. Obama misalnya mengalokasikan dana hingga 14 miliaar dolar di tahun 2015 ini untuk pertahanan cyber,” kata Pratama

Pratama juga menyambut baik upaya pemerintah Indonesia yang juga sudah merintis pembentukan Badan Cyber Nasional untuk melindungi kepentingan nasional. Hal ini merupakan langkah awal yang baik untuk mengamankan Indonesia dari serangan cyber.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement