Sabtu 20 Jan 2018 13:13 WIB

Facebook Prioritaskan Berita yang Dapat Dipercaya

Kualitas berita di Facebook telah dipertanyakan

Mark Zuckerberg
Foto: facebook inc
Mark Zuckerberg

REPUBLIKA.CO.ID,  SAN FRANCISCO-- Pendiri Facebook Mark Zuckerberg mengatakan, Jumat (19/1) waktu setempat, Facebook akan memprioritaskan berita yang dapat dipercaya sebagai tanggapan dari postingan di media sosial. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan survei dari pengguna, untuk mengidentifikasi saluran-saluran yang berkualitas tinggi dan melawan sensasionalisme serta kesalahan informasi.

Perusahaan yang memiliki lebih dari 2 miliar pengguna tiap bulan tersebut mengatakan, penggunanya bukan pakar maupun eksekutif Facebook yang akan menentukan bagaimana peringkat berita dari saluran-saluran yang ada di Facebook berdasarkan kepercayaan. Dimana hal tersebut juga akan memberikan penekanan kepada sumber berita lokal.

Langkah tersebut kemungkinan akan mengirimkan gelombang kejutan melalui lanskap media di hampir setiap negara, mengingat Facebook merupakan jaringan sosial terbesar di dunia dan menjadi pusat distribusi berita di beberapa tempat.

Zuckerberg berharap perubahan yang diumumkan baru-baru ini dapat mengerucutkan jumlah berita yang ada di Facebook sebesar 20 persen, menjadi sekitar empat persen dari lima persen konten berita yang ada saat ini. Kepala eksekutif Facebook tersebut memposting kata-katanya di akun Facebooknya dan menggarisbawahi bahwa mulai minggu depan, News Feed yang merupakan produk utama Facebook, akan memprioritaskan berita yang berkualitas tinggi.

"Ada terlalu banyak sensasionalisme, kesalahan informasi dan polarisasi di dunia saat ini," tulis Zuckerberg.

"Media sosial memungkinkan seseorang menyebarkan informasi lebih cepat dari sebelumnya, dan jika kita tidak secara khusus mengatasi masalah ini, maka kita akhirnya akan memperkuatnya (berita)," tambahnya.

Kualitas berita di Facebook telah dipertanyakan semenjak perusahaan tersebut dituduh sebagai operator Rusia dan menyebarkan laporan palsu di situs tersebut, termasuk dalam kampanye pemilihan umum di AS pada 2016.

Dua tahun yang lalu, pengguna Facebook melihat berita palsu yang mengatakan Paus Francis mendukung Donald Trump dari Partai Republik untuk menjadi presiden AS dan mengenai pemberitaan seorang agen federal yang menyelidiki Hillary Clinton ditemukan tewas.

Facebook awalnya mengusulkan untuk melawan hoax dengan membiarkan pengguna menandai berita tersebut. Facebook mengatakan, perubahan tersebut tidak hanya mempengaruhi link yang diposting oleh saluran berita saja, tapi juga berita yang dibagikan oleh individu. Sehingga, organisasi atau saluran berita akan mulai mempertimbangkan bagaimana mereka akan masuk dalam peringkat yang ditetapkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement