Ahad 26 Jan 2020 10:10 WIB

Platform BlueDot Klaim Bisa Lacak Virus Corona dengan Cepat

BlueDot gunakan kecerdasan buatan (AI) untuk melacak virus corona.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Pada 6 Januari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC menyampaikan, Novel 201 Coronavirus (2019 n-Cov) kemungkinan besar bersumber dari hewan di pasar seafood Huanan. Rilis tersebut dinilai lamban, sebab platform pemantauan kesehatan dari Kanada bernama BlueDot telah menyampaikan informasi itu kepada pelanggannya sejak 31 Desember 2019 (Foto: ilustrasi artificial intelligence)
Foto: Flickr
Pada 6 Januari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC menyampaikan, Novel 201 Coronavirus (2019 n-Cov) kemungkinan besar bersumber dari hewan di pasar seafood Huanan. Rilis tersebut dinilai lamban, sebab platform pemantauan kesehatan dari Kanada bernama BlueDot telah menyampaikan informasi itu kepada pelanggannya sejak 31 Desember 2019 (Foto: ilustrasi artificial intelligence)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 6 Januari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC menyampaikan, Novel 201 Coronavirus (2019 n-Cov) kemungkinan besar bersumber dari hewan di pasar seafood Huanan. Rilis tersebut dinilai lamban, sebab platform pemantauan kesehatan dari Kanada bernama BlueDot telah menyampaikan informasi itu kepada pelanggannya sejak 31 Desember 2019.

BlueDot menggunakan algoritma berteknologi Artificial Intelligence (AI) beroperasi dengan menjelajahi laporan berita berbahasa asing tentang jaringan penyakit hewan dan tumbuhan. Lalu hasil data itu difungsikan untuk memberi peringatan dini dan mengimbau masyarakat menghindari zona berbahaya seperti Wuhan.

Baca Juga

"Kami tahu bahwa pemerintah mungkin tidak dapat diandalkan untuk memberikan informasi secara tepat waktu, kita dapat mengambil berita tentang kemungkinan wabah, dari forum atau blog tentang indikasi dan beberapa peristiwa yang terjadi secara tidak wajar, " kata Kamran Khan, pendiri dan CEO BlueDot, dilansir Wired, Ahad (26/1).

Khan mengatakan, metode algoritma tidak mengacu pada unggahan di media sosial karena data itu terlalu semrawut. Tetapi platformnya memiliki akses ke data tiket maskapai global, yang dapat membantu memprediksi ke negara mana dan kapan virus akan menyebar.

Benar saja, apa yang diramalkan BlueDot terbukti bahwa virus itu meluas Bangkok, Seoul, Taipei, dan Tokyo dalam beberapa hari setelah kemunculan awal virus. Khan yang bekerja sebagai spesialis penyakit menular rumah sakit di Toronto selama epidemi SARS tahun 2003, memang terobsesi menemukan cara yang lebih baik untuk melacak penyakit.

"Jadi, saya merasa sedikit deja vu sekarang. Pada tahun 2003, saya menyaksikan virus SARS membanjiri kota Toronto dan melumpuhkan rumah sakit. Ada banyak kelelahan mental dan fisik, dan saya berpikir jangan sampai ini terulang," kata Khan.

Setelah menguji beberapa program prediktif, Khan meluncurkan BlueDot pada 2014 dan mengumpulkan 9,4 juta dollar AS sebagai modal ventura. Perusahaan ini sekarang memiliki 40 karyawan, terdiri dari dokter dan programer yang merancang program analitik pengawasan penyakit.

BlueDot menggunakan pemrosesan bahasa dan teknik pembelajaran mesin untuk menyaring laporan berita dalam 65 bahasa, bersama dengan data maskapai dan laporan wabah penyakit hewan. Setelah penyaringan data selesai, dilanjutkan analisa oleh para ahli secara manual.

Menurut Khan, para ahli epidemiologi akan memeriksa apakah kesimpulan data itu masuk akal dari sudut pandang ilmiah atau tidak. Setelah dianggap masuk akal dari sudut pandang ilmiah, laporan BlueDot kemudian dikirim ke pejabat kesehatan masyarakat di berbagai negara termasuk AS dan Kanada, maskapai penerbangan, dan rumah sakit. BlueDot tidak menjual data mereka kepada masyarakat umum.

Sebelumnya, BlueDot juga berhasil memprediksi lokasi wabah Zika di Florida Selatan dalam publikasi di jurnal medis Inggris The Lancet. Nah pertanyaan berikutnya, apakah BlueDot terbukti berhasil memprediksi tentang virus n-Cov? Kita lihat nanti.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement