REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk pertama kalinya pita suara manusia berhasil dikembangkan di sebuah laboratorium. Kemajuan ini memperbesar kemungkinan dilakukannya transplantasi suara kepada tuna wicara yang mengalami kerusakan laring permanen.
Para peneliti dari Laboratorium Welham di Wisconsin Institute for Medical Research mengatakan bahwa pita suara buatan ini dikembangkan dari sel-sel individual. Para peneliti juga mengatakan bahwa pita suara buatan ini dapat memproduksi suara yang hampir sama dengan suara yang dibuat oleh laring atau kotak suara manusia.
Para peneliti menjelaskan suara tersebut dihasilkan ketika udara yang lembab dan hangat melewati pita suara buatan tersebut dan membuat pita suara buatan tersebut bergetar. Dari situ, para peneliti memiliki keyakinan bahwa ke depannya mereka dapat mengembangkan pita suara sintetis yang dapat digunakan untuk transplantasi dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari pasien tuna wicara yang berbeda.
"Suara merupakan suatu hal yang sangat luar biasa, akan tetapi di saat yang sama kita tidak memberi banyak perhatian (pada suara), sampai terjadi sesuatu yang kurang baik," terang salah satu Kepala peneliti dari University of Wisconsin-Madison, Nathan Welham.
Welham menilai salah satu tantangan dalam mengembangkan pita suara buatan ini ialah meniru sifat dari pita suara itu sendiri. Pasalnya, Welham mengatakan pita suara terbuat dari jaringan spesial yang bersifat cukup flexibel untuk bergetar. Akan tetapi, di saat yang sama pita suara juga harus cukup kuat untuk menghasilkan hentakan ratusan kali per detik.
"(Pita suara) merupakan suatu sistem yang sangat istimewa dan sulit untuk ditiru," tambah Welham.
Oleh karena itu, Welham mengatakan para peneliti sangat berhati-hati dalam mengembangkan pita suara buatan ini. Dalam perkembangannya, Welham dan timnya juga mentransplantasi bagian kecil dari pita suara buatan yang mereka kembangkan kepada tikus.
Dalam percobaan tersebut, Welham dan tim menemukan bahwa pita suara buatan mereka tidak ditolak oleh sistem kekebalan tubuh tikus tersebut. Hal tersebut tentunya meninggikan harapan para tim peneliti bahwa suatu saat mereka benar-benar bisa menggunakan pita suara buatan tersebut untuk menolong para tuna wicara dalam operasi transplantasi.
Baca juga:
Ahli: Tes 'Baca Hitung' di Level PAUD Berdampak Negatif Bagi Anak
Catat! Jika Alami 10 Hal Ini Kemungkinan Testosteran Anda Bermasalah