REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar dua pekan lagi, Indonesia akan mengalami gerhana matahari total (GMT). Daerah-daerah yang akan menjadi lokasi pengamatan pun telah melakukan berbagai perisapan untuk menyambut wisatawan yang penasaran dengan fenomena alam ini.
Rektor Universitas Ma Chung sekaligus penggagas Olimpiade Astronomi Nasional (OAN) Chatief Kunjaya mengatakan, saat terjadi GMT, suhu udara akan lebih sejuk. Suhu udara bisa turun dua-tiga derajat Celcius. "Ketika terjadi gerhana matahari, udara lebih sejuk, semakin siang semakin sejuk, itu anomali," ujar Kunjaya saat ditemui Republika.co.id di sela Galaxy Forum, Rabu (24/2).
Dia menjelaskan, saat gerhana matahari total, temperatur turun, lebih sejuk dari biasanya. Sebab, suhu udara di bumi sumber utamanya dari matahari. Ketika matahari tertutup oleh bulan, cahayanya tidak ada sehingga panasnya berkurang.
Lalu, apakah situasi ini juga bisa dirasakan oleh para binatang? Menurut Kunjaya, banyak peneliti yang memanfaatkan momentum GMT untuk mempelajari perilaku hewan. Ada hewan-hewan tertentu yang perilakunya berubah, misalnya hewan yang biasa berbunyi pada malam hari. Ketika terjadi GMT, siang hari menjadi gelap sehingga "menipu" hewan tersebut untuk berbunyi pada siang hari.