REPUBLIKA.CO.ID, FLINT -- Tingkat kesuburan di Flint, Michigan, turun drastis. Studi baru yang dilakukan, hal tersebut terjadi karena kota tersebut memutuskan untuk mengganti menggunakan air Sungai Flint.
Ekonom kesehatan Daniel Grossman dari West Virginia University dan David Slusky dari Kansas Universitas yang menjadi tim penulis studi memperkirakan jika janin yang ada dalam kandungan sekitar November 2013 hingga Maret 2015 mengalami keguguran sebanyak 198 dari 276 anak yang lahir. Alasan peristiwa tersebut terjadi dikarenakan tidak adanya pemberlakukan peralihan air.
Pada bulan April 2014, Flint memutuskan untuk menggunakan pasokan air umum dari Sungai Flint, sebuah tindakan sementara yang dimaksudkan untuk menghemat biaya sementara kota tersebut mengerjakan proyek pipa permanen ke Danau Huron. Warga langsung mulai mengeluhkan bau dan tampilan airnya, namun hingga 2015 kota tersebut tetap meyakinkan warga bahwa air tersebut aman untuk diminum.
Sebuah studi pada bulan September 2015 menunjukkan bahwa proporsi anak-anak Flint dengan kadar timbal tinggi dalam darah mereka telah meningkat dua kali lipat setelah perubahan air. Kota itu akhirnya beralih kembali ke perairan Danau Huron pada bulan Oktober 2015.
Efek berbahaya paparan timbal pada kesehatan anak didokumentasikan dengan baik. Mereka termasuk kekurangan kognitif, perilaku antisosial meningkat, pencapaian pendidikan yang lebih rendah, dan sejumlah masalah yang memengaruhi otak, ginjal dan hati.
Dalam studi tersebut, Grossman dan Slusky ingin tahu apakah sesuatu yang serupa terjadi di Flint setelah air beracun timbal digunakan pada tahun 2014. Mereka membandingkan tingkat kelahiran dan kematian janin di Flint dengan kota lainnya di Michigan, termasuk Lansing, Grand Rapids, Dearborn dan Detroit.
Dari hasil perbandingan itu ditemukan jika kota-kota lain di Michigan tidak mengalami penurunan kelahiran. Ketika itu masyarakat Flint tidak menyadari jika mereka mengonsumsi air dengan kadar timbal yang banyak.
"Mereka tidak termasuk aborsi, tidak termasuk keguguran yang terjadi sebelum kehamilan 20 minggu, dan mereka dibatasi ke rumah sakit yang melaporkan kejadian ini," kata Grossman dan Slusky dilansir laman Sciencealert.