REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Sebuah badan pemakaman Swedia sedang mengembangkan teknologi yang berkaitan dengan menjalin hubungan antara orang hidup dan orang mati. Mereka mencoba menciptakan alat yang membuat orang hidup dan orang mati bisa saling bercakap dengan memanfaatkan kecerdasan buatan.
Badan pemakaman di Swedia yang disebut Fenixingin membuat bot atau program komputer yang didukung oleh kecerdasan buatan. Program tersebut dapat menawarkan kenyamanan bagi keluarga kerabat almarhum.
CEO Fenix Charlotte Runius, mengatakan, proyek tersebut muncul awalnya berasal dari bot obrolan milik perusahaan yang telah menggunakan kecerdasan buatan sederhana. Program tersebut berguna untuk menjawab pertanyaan pelanggan seputar pemakaman.
Banyak pelanggan menyangka mereka sedang berbincang dengan manusia hidup, bukan sebuah program komputer. Dari anggapan itu, Fenix mencoba mengembangkan teknologi yang sama dapat digunakan untuk menghibur dengan memberi keluarga terdekat kesempatan untuk mengobrol dengan orang yang mereka cintai meski sudah meninggal dunia.
"Ini bisa terdengar seperti fiksi ilmiah, tapi teknologinya sudah ada di sana," kata Runius dikutip dari Odditycentral, Sabtu (10/3).
Agar program tersebut bisa berjalan, Fenix berencana untuk mengunggah informasi tentang mendiang dalam database komputer dan menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat bot itu tampak seperti orang sungguhan. Bergantung pada informasi yang tersedia, bot akan dapat berinteraksi dengan keluarga yang ditinggal dengan berbagai topik, seperti cuaca, hobi, hal-hal yang digemari, dan banyak hal lainnya.
Meski bisa berbincang, Runius menekankan, jika bot tersebut hanya bisa membahas topik yang bersifat dari data saja. Bot tidak bisa menceritakan masalah yang berkenan dengan masa setelah mereka meninggal, seperti membahas film atau buku terbaru.
Cara tersebut pun sebenarnya sudah dilakukan oleh salah seorang programer Rusia Eugenia Kuyda. Dia mengembangkan program chatbot yang membuatnya bisa mengobrol dengan mendiang sahabatnya yang meninggal dalam kecelakaan mobil.
Runius mengatakan, memang saat ini percakapan buatan itu masih berbentuk. Namun, mereka sedang mencari relawan yang mau menirukan suara seseorang yang telah meninggal, sehingga nantinya tidak hanya teks, keluarga pun bisa mendengar suara.