REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Arkeolog di Cina telah menemukan reruntuhan rumah yang diperkirakan berasal dari 5.000 hingga 7.000 tahun yang lalu di Provinsi Shanxi, wilayah utara Cina pada 6 Juli lalu. Sebelumnya, penggalian dilakukan pada awal April, untuk menemukan peninggalan yang tepatnya berlokasi di Desa Degang, Luliang.
Para arkeolog menemukan sejumlah reruntuhan rumah segi lima. Setengahnya terpahat dengan sentuhan budaya Yangshao Neolitik. Mereka juga menemukan relik perapian yang berbentuk oval dan pecahan botol, serta tembikar.
Budaya Yangshao, berasal dari 5.000 hingga 7.000 tahun yang lalu. Selama ini diketahui berasal dari bagian tengah Sungai Kuning dan dianggap sebagai salah satu sumber kehidupan utama peradaban Cina.
Reruntuhan rumah terdapat di area selusas 137 meter persegi. Terdapat perapian dengan diameter 1,4 hingga 1,7 meter, serta pintu batu sepanjang 4,2 meter, serta lebar 0,8 meter.
He Nu, seorang peneliti dari Akademi Ilmu Sosial Cina dilansir China.org, Senin (8/7) mengatakan ada kemungkinan rumah itu menjadi tempat para pemimpin suku mengadakan upacara khusus. Meski demikian, para ahli lain tidak setuju dan mengatakan bahwa tembikar yang ditemukan tidak dapat memenuhi standar upacara kuno.
Dengan studi terbatas pada struktur rumah sejauh ini, fungsinya tidak dapat ditentukan. Meski demikian, penemuan ini dapat membantu sejumlah studi yang dilakukan, termasuk penelitian produktivitas lokal, struktur sosial dan adat istiadat agama selama periode Budaya Yangshao.
“Studi lebih lanjut saat ini sedang berlangsung, dengan kerjasama lintas disiplin yang ada, para ahli dapat mengungkap fungsi dan mengembalikan struktur asli (rumah tersebut),” ujar peneliti arkelologi Museum Nasional Cina, Wang Yueqian.