Sabtu 24 Aug 2019 06:30 WIB

Polusi Dapat Timbulkan Penyakit pada Mata

NO2 dan CO, dapat merusak sel dengan menciptakan molekul reaktif atau radikal bebas

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta
Foto: ANTARA/M RISYAL HIDAYAT
Gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bukan rahasia lagi polusi udara tidak baik untuk kesehatan tubuh manusia. Studi baru bahkan menambah daftar masalah yang bisa timbul dari polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor, yaitu, penyakit mata. Penelitian yang dilakukan China Medical University di Taiwan mengungkapkan polusi bisa mempengaruhi kesehatan mata.

Suh-Hang Hank Juo dan rekan dari pusat miopia dan penyakit mata di China Medical University di Taiwan mendokumentasikan untuk pertama kalinya populasi besar yang terpapar dua polutan udara umum, nitrogen dioksida (NO2) dan karbon monoksida (CO). Mereka mencoba melihat kaitan dua unsur itu dengan risiko lebih tinggi terkena degenerasi makula terkait usia. Kondisi tersebut ketika sel-sel yang rusak di retina menyebabkan penglihatan sentral buram dan dalam beberapa kasus akhirnya kehilangan penglihatan di satu atau kedua mata.

"Alasan mengapa saya fokus pada degenerasi makula daripada katarak atau glaukoma adalah karena secara fisiologis dan biologis, [makula] adalah bagian mata yang paling rentan," kata Juo.

Dalam studi yang dipublikasikan di BMJ Journal of Investigative Medicine, peneliti menganalisis data kualitas udara dan asuransi kesehatan. Penelitian ini melibatkan hampir 40.000 orang di atas 50 tahun yang tinggal di daerah perkotaan Taiwan.

Tim peneliti membagi peserta yang terlibat ke dalam empat kategori paparan polutan. Hasil dari uji tersebut menemukan mereka yang tinggal di daerah dengan konsentrasi NO2 dan CO tertinggi juga memiliki tingkat tertinggi degenerasi makula terkait usia.

Peserta yang terpapar pada tingkat tertinggi NO2 hampir 200 persen lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit tersebut. Sementara mereka yang terpapar dengan konsentrasi CO tertinggi meningkatkan risiko mereka sebesar 84 persen dibandingkan dengan peserta yang terpapar pada tingkat polutan terendah. Orang yang terpapar pada tingkat sedang dari dua polutan tidak menunjukkan risiko yang secara signifikan lebih tinggi.

"Saya sedikit terkejut hanya tingkat paparan tertinggi yang menunjukkan risiko. Namun, apa yang tampaknya menunjukkan jika eksposur melampaui ambang tertentu, risikonya mulai muncul. Jadi di bawah ambang itu, mungkin kita baik-baik saja," kata Juo dikutip dari Time, Jumat (23/8).

Sebelum penelitian ini, tidak ada banyak bukti yang menunjukkan polusi udara dapat meningkatkan risiko gangguan mata. "Kami tahu dua polutan udara ini, NO2 dan CO, dapat merusak sel dengan menciptakan molekul reaktif atau radikal bebas. Dan begitu saraf di mata atau otak rusak, mereka tidak bisa beregenerasi," ujar Juo.

Sementara itu, Jou menjelaskan, masyarakat tidak perlu repot-repot menjaga mata dengan kaca mata atau lainnya. Sebab, polutan yang merusak sel makula tidak mungkin memasuki tubuh melalui mata, justru lebih mungkin, memasuki sistem darah setelah dihirup.  Cara terbaik untuk mengurangi risiko, menurut Juo, dengan menghindari berjalan atau jogging di daerah-daerah yang banyak berlintaskanya kendaraan, terutama selama jam-jam sibuk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement