Senin 11 Nov 2019 03:10 WIB

Es Mencair Penyebab Munculnya Virus di Kutub Utara

Virus menyerang berang-berang, anjing laut, dan singa laut,

Rep: M Riza Wahyu Pratama/ Red: Nora Azizah
Kutub Utara
Foto: Reuters
Kutub Utara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKRTA -- Sebuah studi menunjukkan, mencairnya es di Kutub Utara akan menyebabkan virus di sekitar wilayah kutub utara. Virus tersebut akan berdampak pada bagi berang-berang, anjing laut, dan singa laut di sekitar Kutub Utara.

PDV (Phocine distemper virus) umumnya ditemukan akibat mencairnya es di wilayah utara Laut Atlantik. Akan tetapi, virus tersebut baru-baru ini juga ditemukan di beberapa mamalia di wilayah utara Laut Pasifik, sebagaimana dilansir independet.co.uk, Ahad (10/11).

Baca Juga

Dalam penelitian yang telah dilakukan selama 15 tahun itu, menemukan, PDV dapat membunuh beberapa spesies. Penelitian yang dilakukan menggunakan satelit itu menelusuri, ketika es Kutub Utara mencair, maka beberapa mamalia akan mudah bergerak dari Laut Atlantik ke Laut Pasifik.

Hal itulah yang diperkirakan menjadi proses penyebaran virus. Meningkatnya temperatur global secara terus-menerus telah mengakibatkan es di Kutub Utara mencair.

Hal itu telah membuka jalur laut baru yang selama ribuan tahun sebelumnya tidak dapat dijamah. IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menyatakan, antara tahun 1979 dan 2018, pencairan es di Laut Kutub Utara mencapai 12,8 persen setiap dekadenya.

"Sedangkan, pencairan es di bulan September diperkirakan adalah perubahan terparah yang belum pernah terjadi selama seribu tahun sebelumnya," kata sebuah laporan yang diluncurkan pada bulan September lalu.

Sementara itu, para peneliti mengatakan, lonjakan parah PDV pada tahun 2003 dan 2004 disebabkan oleh pencairan es pada Agustus 2002. Hal itu diperkuat dengan data, 30 persen populasi singa laut di Laut Pasifik terinfeksi virus tersebut. Padahal sebelumnya, virus tersebut terbatas penyebarannya, hanya populasi singa laut di wilayah Atlantik.

Pada 2009, PDV tidak melonjak meskipun pada tahun 2008 terdapat pencairan yang telah membuka sebuah jalur perairan baru. Salah satu peneliti dari University of California, Dr Tracey Goldstein mengatakan, mencairnya es kutub telah menjadikan mereka mencari makanan ke habitat baru.

"Hal itu telah menghilangkan penghalang fisik(es)itu. Maka, mamalia  dimungkinkan membuka jalur baru bagi mereka untuk bergerak," kata dia.

Ketika para heran itu bergerak dan berinteraksi dengan spesies lain. Saat itulah mereka dimungkinkan menyebarkan virus tersebut. Gejala hewan terinfeksi PDV diantaranya adalah kesulitan bernafas, demam, dan serangan pada sistem saraf. Kasus tersebut pertama kali ditemukan pada akhir 1980-an. Peristiwa itu terjadi dimulai pada anjing laut yang terkurung di daratan Danau Baikal, Siberia.

Wabah pertama tersebut telah menewaskan sekitar 18.000 anjing laut di Laut Utara dan Laut Baltik. Kemudian, epidemi lainnya terjadi pada tahun 2002 di Laut Utara. Pada peristiwa kedua ini diperkirakan setengah populasi di wilayah tersebut mati.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement