REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pluto sering dibandingkan dengan bulan terbesar Neptunus, Triton. Namun, atmosfernya yang kabur sebenarnya lebih mirip dengan bulan terbesar Saturnus, Titan, yang kadang-kadang dipandang sebagai analog dari Bumi purba.
Pada pertemuan 235 dari American Astronomical Society (AAS) awal bulan ini di Honolulu, Hawaii, anggota tim New Horizons Bonnie Buratti menyajikan sebuah studi yang membandingkan atmosfer dari Pluto, Triton, dan Titan. Dengan memodelkan tiga dunia ini, yang masing-masing memiliki kabut atmosfer, ia dapat menentukan komposisi kabut, yang semuanya tersusun dari partikel-partikel kecil.
Triton, pertama kali dicitrakan oleh Voyager 2 pada tahun 1989. Selanjutnya, ilmuwan menemukan bahwa Triton memiliki atmosfer yang terdiri dari es air. Sebaliknya, atmosfer Pluto dan Titan terdiri dari bahan organik. Bahan organik ini bertanggung jawab atas warna kemerahan atmosfer Pluto.
Buratti menggambarkan Pluto sebagai pabrik untuk menciptakan molekul organik. "Triton dingin, tapi Pluto lebih mirip Titan," jelasnya seperti dilansir dari laman Space Flight Insider, Senin (3/2).
Titan memiliki fitur permukaan seperti bukit pasir, danau, dan laut, jika dilihat dari Bumi. Titan sebagian besar terdiri dari hidrokarbon. Para ilmuwan menduga fitur permukaan Titan terdiri dari molekul organik yang jatuh dari atmosfernya yang berat dan sekarang mencoba untuk menentukan apakah proses yang sama terjadi pada Pluto dan apakah kabutnya mungkin menutupi danau dan laut seperti yang ada di Titan.
"Hal dasar yang kami coba lakukan adalah membuat hubungan antara kabut dan permukaan," ujar Buratti.
Temuan ini juga meningkatkan kemungkinan fenomena serupa terjadi di planet ekstrasurya dan bahkan di bulan mereka.