REPUBLIKA.CO.ID, Hampir 11 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan mobil di Amerika. Artinya, satu korban jiwa untuk setiap 50 menit. Salah satu pemicu kecelakaan itu adalah para pengemudi menyetir dalam keadaan mabuk.
Maka, sejumlah aktivis pendukung gerakan pencegahan menyetir dalam keadaan mabuk mengatakan bahwa penyebaran informasi untuk meningkatkan kesadaran dan undang-undang yang diterapkan selama ini, belum banyak membuahkan hasil. Alhasil, mereka mengalihkan perhatiannya kepada sebuah peralatan canggih yang dibuat setelah insiden 9/11 untuk benar-benar menghentikan tindakan menyupir dalam keadaan mabuk.
Kini para peneliti sedang membuat dua alat pengaman yang tidak terlihat dan dapat dipasang di dalam mobil. Alat itu akan mendeteksi secara otomatis jika pengemudi baru saja minum minuman beralkohol.
Alat yang dipasang dekat posisi pengemudi itu mengunakan sensor infra merah yang dapat mendeteksi kadar alkohol si pengemudi saat ia bernafas. Alat lainnya yang dipasang di kemudi atau di dashboard akan dapat mendeteksi kadar alkohol lewat sentuhan kulit si pengemudi. Jika kedua alat itu mendeteksi kadar alkohol si pengemudi tersebut melampaui batas normal, maka secara otomatis, mesin mobil tidak dapat dinyalakan.
Para peneliti mengatakan, mungkin akan perlu waktu satu dekade lagi untuk menyempurnakan alat yang merupakan hasil teknologi baru itu. Namun yang pasti, jika alat pengaman itu sudah siap digunakan, para aktivis itu berusaha agar perusahaan-perusahaan pembuat mobil memasang alat pengaman itu pada setiap mobil baru yang akan diproduksi.