REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Sejak gempa besar mengguncang Aceh pada 26 Desember 2004, pola letusan gunung api di Indonesia berubah. Pengamatan itu disampikan kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Surono.
"Banyak riset membuktikan perubahan pola itu," kata Surono usai pemaparan hasil penelitian gempa dan gunung api di Indonesia oleh peneliti Indonesia dan Jepang di Jakarta, Selasa (1/5).
Surono mencontohkan, perubahan paling menonjol terlihat pada pola letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Sejak tahun 1.600 letusan gunung api itu tidak dikenali, tapi pada Agustus 2010 mengagetkan penduduk setempat karena tiba-tiba memuntahkan lava, debu dan pasir.
"Bagaimanapun deformasi tektonik memang berpengaruh pada aktivitas vulkanik," katanya.
Saat itu gunung yang memiliki ketinggian 2.460 meter dan letusannya tidak pernah dipantau tersebut harus diubah dari gunung api tipe B menjadi tipe A dengan status awas yang harus diamati selama 24 jam.