REPUBLIKA.CO.ID, LEMBANG - Gerhana matahari pertama pada tahun 2012 tidak memberikan efek secara siginifikan ke bumi, terutama di Indonesia. Lembaga observatorium Bosscha menilai, itu karena hanya sebagian wilayah yang dapat menyaksikan proses fenomena alam tersebut. "Prosesnya bervariasi," kata peneliti observatorium Bosscha, Moedji Raharto, Senin (21/5).
Wilayah yang dapat menyaksikan, lanjut dia, hanya di sekitar Indonesia Timur. Di antaranya, Manado, Maluku dan Papua. Sementara di wilayah Indonesia Tengah hanya berlangsung dalam hitungan menit.
Moedji mengatakan, wilayah Sorong Papua merupakan satu-satunya yang bisa menyaksikan fenomena alam itu dalam hitungan jam. Berdasarkan pengamatannya, proses gerhana matahari cincin di wilayah itu terbagi sekitar 10,8 persen. Prosesnya, sekitar 1 jam 18 menit.
Sementara di wilayah Indonesia Timur seperti Kalimantan, menurut dia, hanya berjalan lima persen, atau sekitar 15 menit. Prosesnya berlangsung sekitar pukul 06.38 WITA. Pengamatan itu, lanjut Moedji, dilakukan berdasarkan hitungan geografis. "Tidak melalui peneropongan," ujarnya.
Sebab, lanjut dia, gerhana itu hanya berlangsung dominan di wilayah timur dunia. Kondisi itu yang menyebabkan Bosscha tidak mengamati secara peneropongan. Efek bumi yang terjadi juga tidak signifikan.
Moedji menjelaskan, gerhana matahari biasanya menimbulkan dua efek signifikan untuk bumi. Itu ditinjau dari gaya pasang surut bumi. Juga, keseimbangan gaya tarik bumi atau gravitasi. "Dua efek itu tidak nampak sama sekali, khususnya di Indonesia bagian barat dan timur," kata dia.