REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Peneliti dari Universitas Negeri Papua (Unipa), Nurhaidah Iriany Sinaga, menemukan tiga jenis 'Freycinetia' yang termasuk dalam keluarga pandan di lahan 'tailing' yang berada di kawasan pertambangan PT Freeport di Timika, Papua.
"Ditemukan tiga jenis baru dari 'Freycinetia' di areal pengendapan 'tailing' yakni 'Freycinetia megaauriculata
Sinaga & Utteridge', 'Freycinetia frutonumerata Sinaga, Keim & Purayatmika', dan 'Frecinetia ultrapedicellata Sinaga, Keim & Purayatmika'," ujar Nurhaidah di Jakarta, Selasa (9/10).
Lahan 'tailing' adalah kawasan pengendapan pasir sisa tambang. Sedangkan 'Freycinetia' adalah jenis tumbuhan pemanjat yang selalu memerlukan inang untuk ditumpangi.
Nurhaidah mengatakan terdapat 18 jenis dari Freycinetia di kawasan pengendapan pasir sisa tambang itu. "Saya sendiri bingung, mengapa ditemukan dan bisa hidup di kawasan itu," katanya.
Dia menduga, hal itu karena didukung oleh tiga faktor yakni tanah, iklim, dan vegetasi dari ekosistem sekitar yang masih baik. "Bahkan, di kawasan itu saya juga menemukan terdapat jenis Freycinetia yang tidak bisa hidup di alam terbuka, namun bisa hidup di lahan 'tailing'," tambah dia.
Jenis Freycinetia itu adalah 'Freycinetia Oblanceolata Grup'. Hasil penelitian tersebut adalah salah satu dari 16 penelitian yang terangkum dalam buku hasil penelitian Unipa dan PT Freeport.
Bahkan salah satu hasil penelitian menyebutkan bahwa spesies-spesies tanaman asli dapat tumbuh kembali secara alami di tanah yang mengandung 'tailing'.
Hasil penelitian juga menunjukkan proses perkembangan suksesi alami telah menghadirkan 117 spesies burung, 42 spesies herpeto fauna, 93 spesies kupu-kupu dan 10 spesies mamalia yang kemudian menjadikan area suksesi alami lahan tailing sebagai habitat mereka.
Kawasan pengendapan tailing yang tidak lagi dialiri dalam kurun waktu 8-20 tahun, telah terjadi proses pedogenesis nyata yang mengindikasikan perkembangan tailing membentuk tanah pada tahap awal.
Kondisi itu membantu perkembangan vegetasi yang hadir secara alami, sehingga lahan tersebut bisa dikelola menjadi hutan alami atau lahan budidaya pertanian.