
Kamis , 06 Jul 2023, 08:55 WIB
Pakar: Jika Rusia-Ukraina Berdamai, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Capai 5,7 Persen

Rabu , 10 May 2023, 16:48 WIB
Pengamat Ekonomi Sebut Kritik Anies Baswedan Soal Subsidi Mobil Listrik Cukup Berdasar

Selasa , 18 Apr 2023, 10:15 WIB
Mendorong Aturan Penyelenggara Bursa Karbon yang Ideal

Kamis , 08 Sep 2022, 20:26 WIB
Pengamat: Pemerintah Harus Hati-Hati Dalam Mendesain Kenaikan Tarif Ojol

Kamis , 18 Aug 2022, 09:50 WIB
UMKM Ditargetkan Go Digital 2024, Pemerintah Dinilai Perlu Dukung Industri Telko

Rabu , 17 Aug 2022, 19:33 WIB
Pemerintah Pangkas Subsidi Energi di 2023, Pengamat: Bisa Jadi Blunder

Ahad , 24 Jul 2022, 17:03 WIB
Konten Jadi Jaminan Pinjaman, Ekonom: Bank Wajib Miliki Analis Kredit

Senin , 27 Jun 2022, 08:08 WIB
Jelang Pemilu 2024, Peran Satgas Pangan Diimbau Diperkuat

Rabu , 04 May 2022, 14:12 WIB
Sektor Pariwisata Diprediksi Membaik di Musim Libur Lebaran 2022

Rabu , 09 Jun 2021, 08:10 WIB
Pemerintah Berencana Naikkan PPN, Ekonom: Inflasi Bisa Naik

Senin , 04 May 2020, 21:20 WIB
Indef: Pemerintah Perlu Perbarui Balai Latihan Kerja

Rabu , 22 Apr 2020, 14:40 WIB
Membentuk Pemimpin Berkarakter

Impor Migas 2019 Dinilai tak Sebesar Tahun Lalu
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga komoditas diperkirakan akan bergerak rendah tahun ini. Khususnya harga komoditas energi. "Ini artinya impor migas tidak sebesar 2018. Jadi defisit migas sedikit berkurang," ujar Ekonom Indef Bhima Yudhistira kepada Republika, Rabu (16/1). Hanya saja, menurutnya fluktuasi kurs rupiah masih sulit diprediksi. Padahal ini akan menjadi variabel paling penting dari kinerja ekspor dan impor. Di sisi lain, Bhima menilai proyek...