Ahad 24 Aug 2014 01:39 WIB

Pasukan Gajah Amankan Kawasan Tesso Nillo

Red: Agung Sasongko
Pasukan yang terdiri atas enam ekor gajah Sumatera jinak berpatroli di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau, selama 14 hari.
Foto: Antara
Pasukan yang terdiri atas enam ekor gajah Sumatera jinak berpatroli di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau, selama 14 hari.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pasukan yang terdiri atas enam ekor gajah Sumatera jinak berpatroli di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau, selama 14 hari.

"Pasukan ini merupakan gabungan dari pemerintah, pelaku usaha, dan aktivis lingkungan. Jadi, gajah-gajah ini dikerahkan, istilahnya blusukan di kawasan Tesso Nilo untuk mengamankan area, sosialisasi ke masyarakat, serta memetakan dan mengidentifikasi kondisi terkini Tesso Nilo," kata Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Tandia Tjahjana di Pekanbaru, Sabtu malam.

Menurut dia, hasil pemetaan dan identifikasi kondisi terkini itu untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan kawasan setempat. Ia mengatakan patroli bersama tersebut melibatkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau dan Balai TN Tesso Nilo sebagai koordinator.

Sedangkan pasukan gajah yang dikerahkan berasal dari Tim "Flying Squad" dari PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), WWF dan Yayasan TNTN, yang masing-masing menurunkan dua ekor gajah. "Kami juga berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk melakukan pengawasan," katanya.

Pasukan gajah jinak beserta pawang (mahout) mulai melakukan patroli sejak tanggal 20 Agustus lalu selama 14 hari kedepan. Mereka berkeliling di kawasan hutan alam, hutan tanaman industri hingga ke areal yang rusak akibat perambahan.

Tandia berharap kolaborasi antara pemangku kebijakan bisa diperkuat untuk menjaga kawasan konservasi tersebut. Sebab, ia mengatakan Balai TN Tesso Nilo hingga kini masih kekurangan sumber daya manusia untuk mengawasi taman nasional yang luasnya sekitar 83 ribu hektare yang berada di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu.

Tesso Nilo juga menjadi habitat asli beragam flora dan satwa, khususnya Gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) yang merupakan satwa langka yang dilindungi. Di sisi lain, ribuan hektare kawasan tersebut kini rusak akibat perambahan dan alih fungsi lahan untuk permukiman dan kebun kelapa sawit.

"Kolaborasi bersama ini sangat penting sekali untuk konservasi Tesso Nilo, karena kita tidak bisa saling menyalahkan satu sama lain," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement