Kamis 19 Feb 2015 18:55 WIB

Peringati Imlek, Tionghoa Muslim Gelar Kontes Jilbab untuk Mualaf

Rep: Andi Nurroni/ Red: Dwi Murdaningsih
Pelajar berjilbab.
Foto: Republika/Amin Madani
Pelajar berjilbab.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Komunitas Tionghoa Muslim di Surabaya punya hajatan unik memeriahkan Taun Baru Cina atau Imlek 2566. Bertempat di Masjid Ceng Ho, mereka menggelar lomba kreasi jilbab untuk para mualaf Tionghoa, Kamis (19/2) 

Di awali dengan tutorial, para Cici itu diminta menirukan gaya berhijab yang diperagakan oleh tutor. Dalam waktu 15 menit, mereka diharuskan menyelesaikan dandanan tanpa menggunakan bantuan cermina. 

Duduk berjejer di kursi menghadap hadirin, perempuan-perempuan bermata sipit itu adu cepat melilit-liukan kain pashmina di kepala mereka. Pemandangan itu menjadi objek gambar dan video menarik bagi para pewarta. 

Acara yang disertai bagi-bagi jilbab dan jamuan makan-minum tersebut diselenggarakan Komunitas Wirausha Muslim (KWM). Humas KMW Wirawan Dwi menyampaikan, kegiatan bernafas dakwah tersebut diselenggarakan memanfaatkan momentum Imlek.

“Sama seperti Tionghoa lainnya, teman-teman Tionghoa Muslim juga masih punya tradisi berkumpul bersama saudara atau kerabat. Jadi kita membuka ruang berkumpul untuk teman-teman Tionghoa Muslim, termasuk mualaf,” ujar Wirawan.

Dalam agenda kumpul-kumpul tersebut, menurut Wirawan, diselipkan acara kontes kreasi jilbab. Maksud dari mata acara tersebut, menurut Wirawan, adalah untuk memberikan dukungan moral bagi para mualaf dan juga Tionghoa Muslim yang belum berhijab.

Tak hanya diikuti komunitas Tionghoa, Wirawan menjelaskan, acara juga diikuti ibu-ibu di sekitar Masjid Ceng Ho. “Ini untuk menunjukan bahwa para mualaf itu tidak sendirian dan Islam itu tidak tersekat oleh etnis,” kata dia.

Fina Farsyia, salah seorang peserta, mengaku cukup kesulitan mengenakan jilbab karena belum terbiasa. “Ini baru pertama kali, dan cukup sulit, ya? Ini mungkin menjadi momentum bagi saya untuk memakai hijab,” kata perempuan 24 tahun itu. 

Lain Fina, lain juga Lindwati. Perempuan 49 tahun tersebut mengaku tak kesulitan karena sehari-hari sudah mengenakan hijab. Linda, begitu ia disapa, mengaku mengikuti kontes untuk memberikan motifasi. “Saya diminta panitia, saya ikutan,” ujar dia, seraya tersenyum. 

Linda bercerita, ia sendiri menjadi Mualaf sejak 1996 ketika berusia 35 tahun. “Waktu itu, setelah bercerai dengan suami, saya berkenalan dengan Ilam merasa mendapat hidayah,” kata perempuan berkacamata itu. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement