Sabtu 28 Nov 2015 00:31 WIB

Larangan Ibu Pengganti Bagi Warga Asing di India Dikeluhkan

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Banyak perempuan miskin India rela menjadi ibu pengganti (surrogate mother) untuk warga asing.
Foto: Allison Joyce/Associated Press
Banyak perempuan miskin India rela menjadi ibu pengganti (surrogate mother) untuk warga asing.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Selama ini ribuan pasangan tanpa anak di seluruh dunia, menjadikan India tempat tujuan untuk memenuhi impian mereka.

Ini semua terwujud berkat dokter terlatih, klinik kesuburan dan sejumlah besar perempuan miskin yang bersedia menjadi ibu pengganti. Yang dimaksud ibu pengganti ini adalah perempuan yang merelakan rahimnya mengandung janin pasangan lain dengan imbalan tertentu.

Seperti dilansir The Washington Post, pemerintah India baru-baru ini melarang layanan ibu pengganti ini. Mereka memerintahkan klinik kesuburan menghentikan praktik mempekerjakan perempuan India melahirkan anak bagi warga asing.

Tapi meski tujuan pelarangan ini untuk melindungi perempuan dari eksploitasi, namun banyak perempuan miskin di India justru merasa kecewa dengan hal itu. India merupakan satu dari beberapa negara di dunia yang memungkinkan perempuan bisa disewa untuk menjadi ibu pengganti dengan meminjamkan rahimnya.

"Menjadi ibu pengganti adalah salah satu kesempatan kita untuk membangun rumah atau mendapat rumah baru. Kami mendapatkan lebih banyak dengan melakukan ini sekali dibanding bekerja selama 10 tahun sebagai pembantu rumah tangga," kata Tina Rajesh Chavan dari klinik kesuburan Anand di negara bagian Gujarat.

Chavan mengatakan, penghasilannya dari dua kehamilan membuatnya mampu menyekolahkan ketiga anaknya hingga selesai Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurutnya, kalau tak menjadi ibu pengganti ia mungkin akan membuat anaknya berhenti sekolah.

Menurut Chavan, ia bisa menghasilkan hingga 500 ribu rupee atau sekitar 100 juta rupiah. Ia mengatakan, ini merupakan ciri khas Gujarat di mana industri macam itu merupakan hal paling terorganisir. Sementara perempuan di negara bagian lain hanya dibayar 150 ribu rupee atau sekitar 30 juta rupiah.

Menteri dalam negeri India telah memerintahkan kedutaan India di luar negeri, tak memberikan visa pada pasangan yang mengunjungi negara itu untuk melakukan parktik ibu pengganti atau pariwisata reproduksi. Meski belum ada hukum yang mengatur hal itu, tapi pemerintah India mengatakan tak mendukung ibu pengganti secara komersial dan ruang lingkupnya dibatasi hanya untuk pasangan India.

Seorang pejabat pemerintah, yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, juga mengatakan hal senada. Pengetatan aturan menurutnya dilakukan untuk melindungi perempuan miskin dari eksploitasi tanpa perlindungan hukum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement