Jumat 11 Dec 2015 21:02 WIB

Dua Tantangan Besar ICMI

Rep: Muhammad Nursyamsyi/Muhammad Fauzul Ridwan/ Red: Agung Sasongko
ICMI
Foto: Tahta Adila/Republika
ICMI

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Prio Budi Santoso meminta ICMI lebih proaktif mendorong masyarakat ikut andil dalam memilih pemimpinnya. 

"Harapan gegap gembita, ternyata sepi pemilih karena daftar pemilih kita kurang dari 50 persen," katanya di Hotel Lombok Raya, Mataram, NTB, Jumat (11/12).

Menurutnya, momen Pilkada serentak tersebut merupakan peristiwa bersejarah dalam perkembangan bangsa Indonesia Meski jumlah pemilih masih di atas pemilihan presiden Amerika Serikat yang hanya 46 persen, namun angka di bawah 50 persen pada Pilkada serentak beberapa waktu lalu patut dijadikan pelajaran.

(Baca: Ini Pesan Video Habibi di Muktamar ICMI)

"Mudah-mudahan ini semua dipahami ke depan, dan ICMI tidak boleh tinggal diam," katanya menegaskan.

Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid menilai sebagai organisasi cendikiawan, ICMI seharusnya tidak  bergantung pada figur presiden Indonesia ketiga, BJ Habibie. Dalam arti, saat ICMI zaman BJ Habibie hebat maka seharusnya setelah masa BJ Habibie tetap hebat.

"Sehingga publik akan melihat keislaman dan kecendekiawanan tetap akan berjalan, apakah dengan ada BJ Habibie ataupun tidak," kata dia.

Sayangnya, seolah terlihat ada ketergantungan ICMI. "Saya kira sebuah tantangan ini harus dijawab oleh ICMI secara objektif karena ICMI masih sangat diterima oleh umat sehingga harus dimaksimalkan,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement