Senin 21 Mar 2016 23:59 WIB

Tokoh Perubahan Republika Ajak Menteri Hitung-hitungan Ganti Rugi Lahan Kritis

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Bilal Ramadhan
Penerima tokoh perubahan TGH Hasanain memberikan sambutan saat malam Penganugerahan Tokoh Perubahan Republika 2015 di Jakarta, Senin (21/3) malam.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Penerima tokoh perubahan TGH Hasanain memberikan sambutan saat malam Penganugerahan Tokoh Perubahan Republika 2015 di Jakarta, Senin (21/3) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu Tokoh Perubahan Republika Tahun 2015, Tuan Guru Haji Hasanain Juwaini tidak hanya mendapatkan penghargaan atas dedikasinya 15 tahun terakhir di bidang lingkungan hidup di Ballroom Jakarta Theater, Jakarta, Senin (21/3).

Ia juga berkesempatan mengungkapkan 'unek-unek'nya di hadapan beberapa Menteri Kabinet Kerja yang hadir dalam malam penganugerahan Tokoh Perubahan Republika 2015 tersebut. Tak ingin melewatkan kesempatan yang tak datang dua kali, Tuan Guru pun mengungkapkan betapa sudah kritisnya lahan yang ada di Indonesia.

Ia menyebut sebanyak 33 juta hektar lahan kritis di Indonesia yang semestinya satu hektar ditanami 1000 pohon. Itu artinya jika bangsa Indonesia ingin menyembuhkan lahan kritis yang ada, memerlukan 33 miliar pohon.

"Kalau setengahnya itu 48 miliar ditanam, Kalau satu miliar setahun, itu butuh waktu 50 tahun untuk selesaikan masalah," ujar Tuan Guru saat memberi sambutan penghargaan.

Tidak sampai disitu, dalam riset kkecilnya setiap orang dalam hidupnya menghabiskan 127 batang pohon sehari untuk kebutuhan hidupnya. Itu artinya, setiap orang yang hidup harus bisa menanam 127 batang pohon sebagai ganti dari yang dipakainya.

Tuan Guru pun mengajak hadirin, khususnya Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, sama-sama menghitung jika batang pohon tersebut dikonversikan dalam bentuk uang. Menurutnya, kalau dikonversikan ke lahan kritis tadi, maka setiap orang harus menanam 23 ribu batang, dengan asumsi satu batang Rp 25 ribu.

"Berapa yang harus dikeluarkan, Pak Menteri silahkan itung, kalau satu batang Rp 25 ribu sebatang, itu tidak bisa, kalau pun mau nggak ada duitnya kan," ujarnya dengan nada guyon.

Begitu halnya persoalan sampah di Indonesia, yang tiap harinya menghasilkan 120 ribu ton, dan jika diselesaikan memerlukan biaya 12,5 triliun.

Hal itulah yang mendasari dirinya bersama segenap santrinya berupaya menyelamatkan lahan kritis di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dengan harapan, hal itu juga dilakukan di tempat lainnya.

"Saya kira nggak hanya dengan uang, satu-satunya cara diperlukan ya dengan kecerdasan, kreatifitas, dan ketekunan bangsa kita ini, untuk menutup kekurangan ini," ujarnya.

Republika menjadikan Tuan Guru sebagai tokoh perubahan Republika Tahun 2015 ini karena kerja kerasnya selama 15 tahun terakhir merintis dan menggerakkan upaya penghijauan di Lombok, NTB. Hasilnya, 36 hektar lahan gundul di Lombok Barat dan 56 hektar lahan gundul di Pulau Lombok dan Sumbawa berhasil dihijaukan bersama ribuan santrinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement