Sabtu 19 May 2018 12:16 WIB

Polri: Tak Pernah Ada Penyitaan Alquran Sebagai Barang Bukti

90 persen penyidik Densus Antiteror juga memiliki satu aqidah terkait Alquran.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andi Nur Aminah
Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Setyo Wasisto
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Setyo Wasisto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menanggapi munculnya petisi menolak Alquran sebagai barang bukti tindak pidana terorisme, Kepolisian Negara Republik Indonesia menegaskan selama ini Polri tidak pernah melakukan penyitaan Alquran sebagai barang bukti. "Bahwa adanya petisi tentang kitab suci Alquran sebagai barang bukti, maka saya nyatakan tidak pernah ada penyitaan kitab suci Alquran sebagai barang bukti," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto dalam pesan tertulisnya, Sabtu (19/5).

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal juga menambahkan, 90 persen penyidik Detasemen Khusus Antiteror juga memiliki satu aqidah terkait Alquran. Mereka beragama Islam, dan menurut Iqbal, semuanya memahami betapa sucinya Alquran. "Kadensusnya pun sangat taat ibadah dan sudah haji," kata Iqbal.

Baca: Din Syamsudin Dukung Petisi Tolak Alquran Jadi Barbuk)

Iqbal menegaskan, para aparat kepolisan itu paham betapa sensitifnya soal aqidah, apalagi tentang kitab suci Alquran. "Penyidik sangat paham bahwa tidak ada sama sekali hubungan terorisme dengan kitab suci Alquran. Bahkan aksi terorisme sangat bertentangan dengan isi dan makna yang terkandung dalam Alquran," kata Iqbal menegaskan.

Polri pun mengimbau masyarakat untuk tidak mudah terhasut dengan isi petisi. Seperti diketahui, muncul sebuah petisi yang berjudul 'Alquran Bukan Barang Bukti Kejahatan' di situs change.org.

Petisi itu meminta agar kitab suci Alquran tidak dijadikan sebagai barang bukti oleh polisi dalam tindak pidana terorisme. Petisi ini ditujukan kepada Kapolri, Komnas HAM, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Jaksa Agung.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ اُمَّهٰتُكُمْ وَبَنٰتُكُمْ وَاَخَوٰتُكُمْ وَعَمّٰتُكُمْ وَخٰلٰتُكُمْ وَبَنٰتُ الْاَخِ وَبَنٰتُ الْاُخْتِ وَاُمَّهٰتُكُمُ الّٰتِيْٓ اَرْضَعْنَكُمْ وَاَخَوٰتُكُمْ مِّنَ الرَّضَاعَةِ وَاُمَّهٰتُ نِسَاۤىِٕكُمْ وَرَبَاۤىِٕبُكُمُ الّٰتِيْ فِيْ حُجُوْرِكُمْ مِّنْ نِّسَاۤىِٕكُمُ الّٰتِيْ دَخَلْتُمْ بِهِنَّۖ فَاِنْ لَّمْ تَكُوْنُوْا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ ۖ وَحَلَاۤىِٕلُ اَبْنَاۤىِٕكُمُ الَّذِيْنَ مِنْ اَصْلَابِكُمْۙ وَاَنْ تَجْمَعُوْا بَيْنَ الْاُخْتَيْنِ اِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ۔
Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara-saudara perempuanmu sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

(QS. An-Nisa' ayat 23)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement