Selasa 30 Apr 2019 17:47 WIB

RUPST Bank BJB Tetapkan Susunan Direksi Baru

Pemilik saham tunjuk dirut dari bankir berpengalaman di bank buku IV.

Red: Sandy Ferdiana
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (tengah) bersama Dirut Bank BJB Yuddy Renaldi (keenam kanan), Direksi Bank BJB dan Dewan Komisaris Bank BJB berfoto bersama usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2018 Bank BJB, di Ballroom The Trans Luxury Hotel, Kota Bandung, Selasa (30/4).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (tengah) bersama Dirut Bank BJB Yuddy Renaldi (keenam kanan), Direksi Bank BJB dan Dewan Komisaris Bank BJB berfoto bersama usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2018 Bank BJB, di Ballroom The Trans Luxury Hotel, Kota Bandung, Selasa (30/4).

REPUBLIKA.CO.ID BANDUNG – Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank BJB berhasil melahirkan susunan pengurus pada jajaran direksi dan komisaris, Selasa (30/4). Dalam RUPST Bank BJB yang berlangsung di Trans Luxury Hotel, Kota Bandung, salah satu tantangan direksi baru, yakni harus mampu meningkatkan level Bank BJB dari bank buku III menjadi bank buku IV.

RUPST Bank BJB tersebut dihadiri langsung oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil selaku pemilik saham mayoritas dan seluruh pemilik saham BJBR seri A dan seri B. Selain menetapkan pengurus, RUPST juga menghasilkan keputusan terkait penambahan jumlah direksi Bank BJB, yang semula enam menjadi tujuh direksi. Direktur  IT, Treasury dan International Banking menjadi kursi direksi baru di Bank BJB.

Ketujuh direksi tersebut, yakni Direktur Utama Yuddy Renaldi, Direktur Kepatuhan Agus Mulyana, Direktur Konsumer dan Ritel Suartini, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Nia Kania, Direktur Operasional Teddy Setiawan, Direktur Komersial dan UMKM Beny Riswandi, serta Direktur  IT, Treasury dan International Banking Rio Lanasier.

photo
Dirut Bank BJB Yuddy Renaldi (keempat kanan), bersama jajaran direksi berfoto bersama usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2018 Bank BJB, di Ballroom The Trans Luxury Hotel, Kota Bandung, Selasa (30/4).

Sementara susunan komisaris Bank BJB, yakni Komisaris Utama Independen Farid Rahman, Komisaris Muhadi, Komisaris Eddy Iskandar Muda Nasution, Komisaris Independen Yayat Sutaryat, dan Komisaris Independen Fahlino F Sjuib.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil selaku pemilik saham mayoritas Bank BJB, mengatakan, susunan nama direksi Bank BJB tersebut merupakan hasil diskusi berkal-kali dengan OJK. Dari jumlah direksi yang ditetapkan, papar dia, hanya dua di antaranya yang berasal dari luar Bank BJB.

‘’Ini mengindikasikan karier pegawai Bank BJB sangat baik,’’ ujar Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil, seusai RUPST Bank BJB, Selasa (30/4). Salah satu direksi yang berasal dari luar, yakni Direktur Utama Yuddy Renaldi.

Pihaknya sengaja mengangkat Yuddy Renaldi sebagai Dirut Bank BJB karena alasan yang kuat. Dari sekian figur, ungkap Emil, hanya Yuddy Renaldi yang melamar dengan kapasitas pengalaman mengelola kompleksitas bank buku IV. Dia menegaskan, salah satu tantangan direksi Bank BJB saat ini, yakni harus mampu membawa Bank BJB dari bank buku III menjadi bank buku IV.

‘’Pak Yuddy punya pengalaman mengelola kompleksitas bank buku IV di BNI dan Mandiri,’’ tambahnya. Sejumlah nama direksi yang ditetapkan dalam RUPST itu akan diproses menjadi definitif setelah terbit hasil fit and proper test maksimal sebulan ke depan.

Masih dikatakan Emil, pemilik saham mengamanatkan tiga nilai kepada pengurus Bank BJB. Yakni profitabilitas, pro development, dan pro poor. Pro development, ungkap dia, Bank BJB harus terus berperan sebagai bank pembangunan. Sementara pro poor, tutur dia, Bank BJB harus terus mengutamakan UKM dan kelompok yang  membutuhkan.

Emil mengakui bahwa kinerja Bank BJB selama ini cukup positif. Data dari Bank BJB, menunjukkan, sepanjang 2018, perolehan laba bersih naik sebesar 28,1 persen year on year (y-o-y) atau berada di atas pertumbuhan laba bersih industri perbankan per Desember 2018 yang hanya 10,36 persen y-o-y.

Adapun dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), berhasil dihimpun menjadi Rp 87 triliun, sehingga total aset menjadi sebesar Rp 120,2 triliun atau naik 4,5 persen  y-o-y. Pertumbuhan DPK ini didorong dari pertumbuhan dana murah yaitu tabungan sebesar 16 persen, sehingga CASA ratio naik dari 46,1 persen menjadi sebesar 47,1 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement