Rabu 16 Oct 2019 00:37 WIB

Transvestisme Biasanya Dilakukan Individu, Bukan Kelompok

Psikiater sebut transvestisme biasanya dilakukan oleh individu, bukan kelompok.

Red: Reiny Dwinanda
Cross-Hijaber
Foto: Facebook
Cross-Hijaber

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apa kata psikiater tentang cross-hijaber yang belakangan viral di media sosial? Menurut dokter spesialis kesehatan jiwa dr Agung Frijanto SpKJ, orang-orang yang memakai busana lawan jenis tidak bisa langsung dianggap mengalami gangguan jiwa.

Agung menjelaskan, perlu dilakukan pemeriksaan secara individu untuk memastikannya. Pasalnya, bisa jadi pelaku cross-dressing, dalam hal ini pria yang mengenakan busana Muslimah--memiliki motivasi tertentu di balik pilihan pakaiannya.

Baca Juga

"Kita harus tahu terlebih dahulu motifnya apa, maksudnya apa. Apa hanya sebatas sebuah fenomena komunitas atau mungkin ada modus yang lain," ujar Sekretaris Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) itu ketika dihubungi di Jakarta pada Selasa malam.

Menurut Agung, dalam ilmu psikiatri memang terdapat istilah transvestisme untuk merujuk kepada penyimpangan mengenakan busana lawan jenis. Tapi, menurut dokter Rumah Sakit Islam Jakarta itu, biasanya transvestisme dilakukan oleh individual, bukan kelompok seperti yang viral di media sosial baru-baru ini.

"Biasanya perilaku transvestisisme dilakukan oleh individu untuk meningkatkan hasrat seksual atau libido dengan berimajinasi memakai busana lawan jenis," jelas Agung.

Soal keberadaan cross-hijaber yang viral akhir-akhir ini, menurut Agung, perlu dinilai lebih lanjut. Mungkin saja ada motif lain dari kelompok yang melakukan hal tersebut, seperti melakukan tantangan atau malah modus kriminal.

"Pada prinsipnya kalau dari sisi ilmu kedokteran jiwa, kita harus periksa dulu. Kita wawancara dan lihat motifnya apa, kenapa dia bisa bergerombol atau individual," paparnya.

Warganet belum lama ini dikejutkan oleh adanya komunitas cross-hijaber, yaitu kumpulan pria-pria yang berpenampilan seperti perempuan dengan mengenakan hijab bergaya syar'i yang dilengkapi dengan cadar. Mereka disebut berani masuk dan bercampur dengan perempuan di masjid atau bahkan di kamar mandi.

Komunitas cross-hijaber ditemukan di beberapa media sosial, seperti Facebook dan Instagram, meski kini banyak unggahan yang sudah dihapus sejak menjadi viral.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement