Rabu 13 Nov 2019 08:45 WIB

Mengenal NDM, Kelainan Genetik Diabetes Anak yang Langka

Penting mengetahui beda anak menderita NDM atau diabetes mellitus tipe 1.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Indira Rezkisari
Diabetes anak.
Foto: Pexels
Diabetes anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diabetes pada anak seringkali dikaitkan dengan diabetes mellitus tipe 1. Padahal, tidak semua diabetes pada anak merupakan diabetes mellitus tipe 1.

Selain diabetes mellitus tipe 1, anak juga dapat terkena tipe-tipe penyakit diabetes yang lain. Salah satunya adalah diabetes mellitus tipe 2 yang lebih berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan.

Baca Juga

Tipe diabetes lain yang mungkin mengenai anak adalah neonatal diabetes mellitus (NDM). Berbeda dengan diabetes mellitus tipe 1 yang merupakan penyakit autoimun, NDM disebabkan oleh kelainan genetik.

Diabetes UK mengungkapkan bahwa NDM merupakan jenis diabetes yang sangat langka. Diperkirakan hanya ada satu kasus NDM yang ditemukan dalam tiap 300 ribu hingga 400 ribu kelahiran bayi. Penyakit ini biasanya terdiagnosis pada anak di bawah enam bulan.

Karena tidak bergejala, diabetes pada bayi seringkali ditemukan secara tidak sengaja. Kondisi diabetes pada bayi ini biasanya ditemukan ketika bayi harus menjalani suatu prosedur tindakan yang membutuhkan pemeriksaan kadar gula darah.

"Diabetes, apalagi yang muncul di bawah (usia) satu tahun, biasanya ketemu karena kebetulan (bayi perlu tindakan)," ujar Prof Dr dr Achmad Rudijanto SpPD KEMD dari Unit Bisnis dan Ilmiah PB Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni).

Secara umum, NDM bisa dibagi ke dalam dua tipe utama. Kedua tipe tersebut adalah transient NDM dan permanent NDM.

Seperti namanya, transient NDM bersifat sementara dan biasanya menghilang dalam satu tahun pertama sejak kelahiran bayi. Akan tetapi, transient NDM bisa kembali lagi khususnya ketika si bayi sudah beranjak remaja.

Sedangkan permanent NDM bersifat menetap. Setelah terdiagnosis, permanent NDM akan terus ada sepanjang hidup pasien.

Dari kedua tipe ini, transient NDM cenderung lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan permanent NDM. Dari seluruh kasus NDM, sekitar 50-60 persen di antaranya merupakan transient NDM.

"Secara klinis tidak bisa dibedakan ya (antara NDM dan diabetes mellitus tipe 1)," jelas Ketua Umum PB Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Prof Dr dr Agung Pranoto MKes SpPD KEMD FINASIM.

Meski begitu, pemeriksaan atau tes genetik bisa dilakukan untuk mengetahui apakah bayi dengan kadar gula darah tinggi menderita NDM atau tidak. Agung mengatakan saat ini ada lembaga yang menyediakan layanan tes genetik gratis untuk NDM.

Melalui tes genetik untuk NDM ini, sudah ada sekitar 2.000 anak yang terdeteksi dengan NDM di dunia. Sebanyak enam di antaranya merupakan anak dari Indonesia.

Seperti diungkapkan DiabetesGenes, layanan tes genetik gratis untuk NDM ini tersedia setidaknya sampai 2020 nanti. Layanan gratis ini disediakan oleh Wellcome Trust untuk semua pasien diabetes yang terdiagnosis sebelum berusia sembilan bulan. Layanan gratis bisa diakses oleh semua pasien, dari negara manapun dan berapapun usia si pasien saat ini selama pasien tersebut terdiagnosis diabetes pertama kali sebelum berusia sembilan bulan.

Penting untuk bisa membedakan apakah anak menderita NDM atau diabetes mellitus tipe 1. Hal ini berkaitan dengan pemberian modalitas terapi yang tepat kepada anak.

Pada diabetes mellitus tipe 1, Agung mengatakan pasien akan membutuhkan insulin agar bisa tetap hidup normal. Sedangkan pada NDM, lanjut Agung, sebagian besar kasksunya bisa diterapi hanaydengan obat dari golongan sulfonylurea saja. Dosis penggunaan obat sulfonylurea ditentukan oleh dokter spesialis anak.

"Kalau kita tidak bisa membedakan maka bisa keliru obat, dikira diabetes tipe 1, nanti disuntik sama insulin, ya bisa hipo (hipoglikemia) anak (pasien NDM) itu," jelas Agung.

Seperti diabetes pada umumnya, Agung mengatakan terapi pengobatan untuk NDM juga seumur hidup. Agung mengatakan saat ini tidak ada obat yang bisa benar-benar menyembuhkan penyakit diabetes secara total. Akan tetapi, lanjut Agung, pasien diabetes bisa menjalani hidup normal seperti orang sehat lainnya selama diabetesnya terdiagnosis sejak dini dan pasien menjalani terapi pengobatan secara tertib.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement