Selasa 07 Jan 2020 16:28 WIB

Peran Insinyur Dibutuhkan Atasi Banjir

Insinyur Indonesia saat ini banyak yang sering berbeda pendapat.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Andi Nur Aminah
Ratusan insinyur muda diberangkatkan ke lokasi-lokasi bencana untuk merancang dan merehabilitasi permukiman warga yang rusak. (ilustrasi)
Ratusan insinyur muda diberangkatkan ke lokasi-lokasi bencana untuk merancang dan merehabilitasi permukiman warga yang rusak. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Gunawan Budiyanto mengatakan, peran insinyur dibutuhkan dalam berbagai bidang. Hal itu termasuk dalam mencari solusi terkait banjir yang terjadi di banyak daerah di Indonesia saat ini.

"Kejadian ini terjadi tiap tahunnya, seharusnya ini tidak terjadi lagi dengan banyaknya insinyur di Indonesia," kata Gunawan dalam Sumpah Profesi Insinyur dan Kuliah Umum Keinsinyuran di UMY, Bantul, Senin (6/01).

Baca Juga

Menurutnya, insinyur Indonesia saat ini banyak yang sering berbeda pendapat. Bahkan, masing-masing insinyur, katanya, bekerja secara individu.

Ia pun menggambarkan kondisi insinyur Indonesia melalui pengalaman yang pernah ia temui yakni dalam penanganan pasien di salah satu rumah sakit di Turki. Menurutnya, di sana pesien ditangani oleh banyak dokter yang bekerja sama menyelamatkan pasien.

Hal itu, menurutnya bebeda sekali dengan di Indonesia. "Berbeda dengan di Indonesia, pasien lebih sering ditangani oleh satu dokter spesialis, begitu juga yang terjadi di dunia insinyur Indonesia," ujarnya.

Dengan begitu, kata Gunawan, membuat permasalahan di Indonesia tidak pernah terselesaikan, khususnya banjir. Untuk itu, ia meminta para insinyur harus sering bertemu dalam forum diskusi guna memecahkan permasalahan yang terjadi di Indonesia.

Sekretaris Tim Ahli Keinsinyuran Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Rudy Purwondho, mengatakan, kebutuhan SDM insinyur di Indonesia mencapai 155 ribu insinyur per tahun. Sementara, lulusan insinyur di Indonesia saat ini hanya 80 ribu insinyur per tahun.

Hal ini, jelasnya, menunjukkan sangat kurangnya SDM insinyur dalam mengatasi berbagai permasalahan di Indonesia. Tentunya, hal ini juga merupakan peluang besar bagi mahasiswa UMY, yang kali ini meluluskan 18 mahasiswa.

"Harapannya ke depannya semakin banyak mahasiswa profesi insinyur di UMY agar kita menjadi bagian terbesar dari SDM insinyur yang dibutuhkan di Indonesia," kata Rudy.

Koordinator Lembaga Layanan Dikti Wilayah V, Tunggul Priyono mengatakan, mahasiswa UMY sudah dibekali dengan SDM yang unggul. Tidak hanya unggul, namun juga dibekali dengan nilai-nilai Islam.

"Dalam hal ini UMY juga sudah membekali dengan prinsip 6C yaitu critical thinking, colaboration, communication, creative, caracter, citizen. Artinya, mulai saat ini UMY sudah mempersiapkan SDM yang unggul dan tidak akan tergantikan oleh mesin di masa mendatang," kata Tunggul.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement