Kamis 11 Jun 2020 17:23 WIB

Gitasmara Semesta, Nyanyi Hati Perindu Ilahi

Novel ini memiliki diksi kuat, gaya bahasa lugas diselingi kalimat estetis-persuatif.

Red: Karta Raharja Ucu
Novel Dilarang Bercanda dengan Kenangan 2: Gitasmara Semesta karya Akmal Nasery Basral dari Republika Penerbit.
Foto: Republika
Novel Dilarang Bercanda dengan Kenangan 2: Gitasmara Semesta karya Akmal Nasery Basral dari Republika Penerbit.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Astri Katrini Alafta S.S., M.Ed.

Membaca sebuah karya lalu mendapatkan penghiburan atasnya adalah sebuah kebahagiaan tak terkira. Bonus aktivitas membaca adalah kenyamanan kerja otak dan organ tubuh lainnya.

Sebuah penelitian yang dilakukan Mindlab International, Universitas Sussex, Inggris (2009) menyebutkan membaca buku adalah cara terbaik untuk relaksasi meski hanya enam menit karena bisa menurunkan stress hingga 68 persen. Ini jauh lebih baik dibandingkan mendengarkan musik, jalan santai atau minum teh/kopi. 

Jika karya yang kita baca memiliki keunggulan fakta, sarana dan tema, maka pembaca proses pembacaan menjadi semakin bermakna. Fungsi didaktif yang mendidik pembaca karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan di dalam kisah bisa tercapai.

Novel Gitasmara Semesta (format e-book diluncurkan 11 Mei lalum format buku fisik menunggu kondisi memungkinkan) karya Akmal Nasery Basral adalah sekuel Dilarang Bercanda dengan Kenangan (2018) yang memenuhi fungsi  hiburan (pembacanya terhanyut mengikuti cerita hingga akhir), dan fungsi didaktif (kemampuan edukasi dengan nilai-nilai moral yang disajikan tanpa menggurui).

Novel ini memiliki diksi kuat, gaya bahasa lugas diselingi kalimat estetis-persuatif, menunjukkan kisah romansa tak hanya berjejal kata rayuan, tapi bisa berbobot dengan pesan dakwah, berdampingan dengan konten dunia Islam Internasional seperti perjuangan suku Kurdi dan kehidupan minoritas Muslim di Rumania yang langka diulas pengarang Indonesia lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement